Kamis, 16 Juli 2009

SEJARAH ITU KIRI

SEJARAH ITU “KIRI”

(ASEP RAHMAT HIDAYAT, MAHASISWA SEJARAH, UNJ)


Istilah kiri kanan merupakan istilah yang sering kita dengar sebagai dua kekuatan yang saling berlawanan dan bertentangan. Kiri-Kanan banyak dipakai pada masa pergerakan dimana pada saat itu untuk menghancurkan hagemoni kekuatan penjajah, dilakukan perlawanan baik itu dari kubu kiri atau dari kubu kanan. Yang semuanya memiliki satu tujuan yaitu Indonesia merdeka, meskipun dengan cara yang berbeda. Istilah kiri kanan sering berkaitan dengan hal idiologi, kiri yang diwakili oleh golongan sosialis-komunis dan kanan oleh golongan Islam.

Tetapi kita tinggalkan sejenak masalah diatas. Kiri yang akan dibahas disini adalah kiri sebagai bagian dari otak kita. Semua pasti tau bahwa otak manusia terbagi atas dua bagian yaitu otak kiri dan otak kanan. Otk kiri bertugas mengurus hal-hal yang berhubungan dengan logika, keahlian, hal-hal matematis dan semua hal yang berbau analisis dan kemampuan intelektualitas seorang anak manusia. Sedangkan otak kanan merupakan bagian otak yang bertugas mengurus hal yang berhubungan dengan intuisi perasaan dan respon emosional yang tidak bisa diungkapkan secara verbal atau dengan kata-kata.

Ilmu sejarah merupakan ilmu yang mempelajari tentang rekonstruksi peristiwa manusia dan kebudayaannya pada masa lalu. Sejarah bukanlah ilmu yang sederhana, yang hanya mempelajari nama dan tanggal-tanggal penting. Tetapi sejarah adalah ilmu yang mengajarkan kita akan budi pekerti, ilmu yang syarat akan kepedulian dan penilaian. Dengan sejarah kita dapat melihat apa yang tidak bisa kita lihat. Belajar sejarah berarti belajar bagaimana kita membuat keputusan dan menentukan pilihan, untuk mengkritisi segala apa yang kita lihat dan dengar, dan membantu mempertimbangkan baik buruknya berbagai pendapat.

Oleh karena itu, dalam mempelajari ilmu sejarah kemampuan menganalisis suatu peristiwa dan mengaitkannya dengan peristiwa lain merupakan hal yang biasa dilakukan oleh sejarawan. Dari sini bisa dilihat otak mana yang sering dipergunakan oleh seorang sejarawan. Otak kiri merupakan komponen yang utama sebagai mesin penggerak bagi seorang sejarawan atau seorang pemerhati sejarah. Otak kiri digunakan sebagai pisau analisis terhadap apa yang didengar atau dilihat oleh telinga dan mata terhadap semua peristiwa sejarah.

Sudah pantas dikatakan bahwa sejarah itu kiri. Sejarah yang memerlukan pemikiran tajam untuk menguak semua peristiwa sejarah baik itu yang tampak atau yang masih disembunyikan demi kepentingan. Dengan “kiri” kita rekonstruksikan peristiwa sejarah dengan arif dan bijaksana, agar terkuak kebenaran sejarah. Karena kelak sejarah akan menjadi hakim yang adil bagi noda sejarah yang telah ditorehkan oleh manusia….

Rabu, 15 Juli 2009

PEMUDA DAN PERGERAKAN NASIONAL

PERANAN INTELEKTUAL MUDA DALAM PERGERAKAN INDONESIA UNTUK MENUJU INDONESIA MERDEKA
OLEH :
ASEP RAHMAT HIDAYAT, MAHASISWA SEJARAH, UNJ

Pendahuluan
Masa pergerakan merupakan sebuah fase yang lebih mementingkan strategi otak dalam mencapai tujuan Indonesia merdeka. Masa pergerakan bisa dikatakan awal tumbuhnya kesadaran nasionalis yang ada dalam setiap jiwa masyarakat Indonesia, awal kesadaran bahwa mereka (tokoh-tokoh daerah) tidak sendiri dalam menghadapi cengkraman kolonial. Pergerakan nasional merupakan titik puncak masyarakat Indonesia yang sudah cerdas dan tercerahkan serta telah mencapai keempurnaan dalam pola fikir dimana mereka sadar bahwa untuk mencapai Indonesia merdeka tidak hanya dengan otot tetapi juga dengan jalan organisasi masa.
Pergerakan nasional terdiri dari beberapa fase : yang pertama fase masa perkembangan. Fase ini merupakan awal terbentuknya organisasi-organisasi yang menjadi pelopor masuknya perjuangan bangsa Indonesia pada masa pergerakan. Meskipun secara umum tujuan organisasi pada masa ini masih tertuju pada kebudayaan dan pendidikan. Fase kedua adalah masa radikal, fase ini ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi yang sudah jelas menginginkan Indonesia merdeka dan bertindak Non-Kooperasi terhadap pemerintah. Puncaknya pada tahun 1926 ketika terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia. Fase yang terakhir adalah masa bertahan. Masa ini muncul karena kondisi ekonomi dunia kacau balau, karena Peristiwa Malaise di Amerika Serikat pada tanggal 8 Oktober 1929. Fase ini merupakan fase yang lebih banyak mendirikan fraksi-fraksi nasional dan gabungan partai politik, serta beberapa tuntutan yang diajukan kepada pemerintah Belanda.
Jika kita lihat ke belakang Pergerakan Nasional bisa dikatakan sebagai dampak dari Politik Balas Budi (Politik Etis) yang digalakkan Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1901 (pada saat pidato Ratu Wilhelmina). Politik Etis yang ditekankan pada tiga aspek kehidupan yaitu irigasi, edukasi, dan transmigrasi. Yang pada mulanya ditujukan untuk mendapatkan tenaga kerja yang murah namun intelek untuk mengimbangi kemajuan perekonomian dunia pada saat itu. Tetapi hal itu sedikit banyak membuat kemajuan di bidang pendidikan yang menjadi akar dari pergerakan nasional. Sekolah-sekolah banyak didirikan dan adanya perluasan pendidikan yang tidak ekslusif lagi (meskipun di berbagai segi ada yang bercorak diskriminasi).
Upaya pendidikan dalam politik etis itu adalah mendirikan pendidikan untuk anak-anak Bumiputera. Pendidikan itu lebih banyak diminati oleh kelompok priyayi rendahan yang berniat masuk kedalam struktur sosial yang lebih tinggi. Dengan timbulnya elit baru yaitu “Priyayi Rendahan” dengan tingkat intelektualitas tinggi ini, kelak akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Golongan priyayi rendahan ini mereka terbiasa hidup dalam suasana yang diskriminatif, hidup dalam perasan orang-orang kolonial. Maka semangat ingin merubah Indonesia ke arah yang lebih baik ini muncul dari kalangan priyayi seperti ini. Itu karena mereka memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi sehingga mereka bisa mengerti bahwa sebenarnya setiap negara berhak mengurus negaranya sendiri tanpa campur tangan negara lain ataupun penjajahan bangsa lain. Golongan intelektual inilah yang mencetuskan pertama kali bahwa sebenarnya kita satu bangsa yaitu bangsa Indonesia pada “hari saktral” yaitu tanggal 28 Oktober 1928 yang dikenal dengan Hari Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda adalah bentuk konkret perjuangan bangsa Indonesia yang dilakukan secara nasional.

Peranan Intelektual Muda Dalam Pergerakan Indonesia untuk Menuju Indonesia Merdeka
Tokoh-tokoh priyayi rendahan ini seperti Soekarno, Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, Cipto Mangunkusumo, Moh. Hatta, Sutan Syahrir, H.O.S. Tjokroaminoto dan tokoh-tokoh pergerakan lainnya merupakan golongan intelektual muda yang mendapatkan pendidikan lebih tinggi dari masyarakat Indonesia lainnya. Sehingga mereka sadar bahwa bangsa ini terlalu berharga untuk dijadikan “sapi perah” pihak-pihak kolonial. Mereka lah yang menjadi perubah arah perjuangan bangsa ini dari yang tadinya berjuang dengan otot dan ternyata kalah, beralih haluan menjadi berjuang dengan organisasi sebagai media untuk mencapai tujuan Indonesia merdeka.
Karena latar belakang pendidikan yang berbeda dari rakyat kebanyakan, maka golongan inilah yang sadar bahwa Indonesia (atau pada saat itu masih Nederlands-Indie) sedang dalam penjajahan yang sebenarnya tidak layak dilakukan oleh suatu bangsa terhadap bangsa lain. Dengan pendidikan tinggi tokoh intelektual ini banyak menyerap pengetahuan baru dari dunia barat yang mayoritas berpaham kapitalis dan imperialis, seperti nasionalisme, sosialisme, demokrasi, komunisme, dan Liberalisme.
Boedi Oetomo merupakan organisasi pertama yang didirikan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Dr. Sutomo, orang-orang Indonesia yang berpendidikan tinggi pada tanggal 20 Mei 1908. Meskipun Boedi Oetomo masih bergerak kedaerahan dan belum bercorak politis, lahirnya Boedi Oetomo untuk membiayai pemuda miskin dan pintar untuk meneruskan sekolahnnya yang lebih tinggi. Tetai Boedi Oetomo merupakan perintis organisasi pergerakan Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa yang menjadi pelopor pergerakan adalah kaum intelektual muda.
Setelah lahirnya Boedi Oetomo, maka bermunculan organisasi-organisasi yang lainnya yang tidak lagi bercorak pendidikan, kedaerahan, tetapi organisasi yang bertujuan Indonesia merdeka. Indische partij, merupakan organisasi politik pertama yang bertujuan Indonesia merdeka. Organisasi ini didirikan oleh pelajar Indonesia yang belajar di negeri Belanda yaitu E.F.E. Dowes Deker, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. Disini juga membuktikan bahwa kaum intelektual muda yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Para pendiri Indische partij ini berada di negeri Belanda, sehingga mereka bisa melihat perbedaan kondisi negara penjajah dan negara terjajah. Karena hal itulah muncul rasa nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa Indonesia.
Pada era berikutnya muncul partai-partai politik yang lain yang memiliki tujuan Indonesia merdeka. Misalnya PNI. PNI merupakan parti politik yang didirikan oleh seorang tokoh nasionalis yaitu Soekarno. Soekarno adalah seorang tokoh yang memiliki latar belakang pendidikan yang cukup tinggi, meskipun ia tidak belajar di luar negeri tetapi rasa nasionalismenya tumbuh karena ia menyerap istilah-istilah seperti nasionalisme dan sosialisme dari buku.
Partai-partai politik itu dalam mewujudkan cita-citanya ada dengan cara kooperasi, non-kooperasi. Selain itu juga diantara tokoh pergerakan sering terdapat perbedaan pandangan misalnya Soekarno dengan Hatta, mereka selalu berbeda pandangan tetapi satu pandangan mengenai tujuan Indonesia merdeka. Berkali-kali tokoh pergerakan ini dibuang, dipenjara oleh pemerintah Belanda. Biasanya tokoh pergerakan ini menginginkan di buang ke negeri Belanda. Ini bertujuan agar dalam pengasingannya itu mereka bisa belajar dan terus belajar. Karena di Belanda banyak tokoh-tokoh pemikir dengan pemikirannya yang sedang berkembang misalnya Sosialisme, Liberalisme, dan Komunisme.
Biasanya tokoh pergerakan sering membuat tulisan-tulisan yang bernada kritikan dan ledekan terhadap pemerintahan Belanda. Misalnya tulisannya Suwardi Suryaningrat yang berjudul “Sekiranya aku orang Belanda, aku tidak akan mengadakan pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaan”. Disini terlihat jelas hanya orang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi yang memiliki pikirkan untuk membuat kritikan kepada pemerintah Belanda lewat tulisan.

Penutup
Dari uraian diatas bisa dilihat bukan hal yang mudah untuk mencapai Indonesia merdeka, adanya beberapa tahapan yang harus dilalui bangsa ini. Di atas juga terlihat bagaimana pentingnya peran golongan intelektual muda dalam proses kemerdekaan Indonesia. Golongan intelektual-lah yang menjadi pelopor beralihnya masa berjuang kedaerahan menjadi berjuang dengan otak dan organisasi. Merekalah yang sadar bahwa suatu bangsa menjajahan bangsa lain itu sebenarnya tidak pantas. Merekalah yang sadar bahwa perlunya persatuan dan kesatuan untuk mencapai tujuan Indonesia merdeka, dan merekalah yang mencetuskan sumpah pemuda yang mengakui dirinya berbangsa dan bernegara Indonesia.
Kaum Intelektual-lah yang mendirikan organisasi-organisasi dalam masa pergerakan nasional. Selain itu juga, dua orang kaum intelektual-lah yang kelak memproklamasikan kemerdekaan Indoensia dan menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia yaitu Soekarno dan Hatta.
Daftar Pustaka
- Kartodirdjo, Sartono. Marwati Djoenoed Poesponegoro. Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta : Depdikbud. 1976.
- Kartodirdjo, Sartono. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Jilid II. Jakarta : Gramedia. 1993.
- M.A. Drs. G. Moedjanto. Indonesia Abad ke-20 Jilid I Dari Kebangkitan Nasional sampai Linggarjati. Yogyakarta : Kanisius. 1988.
- S.H. A.K. Pringgodigdo. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Dian Rakyat. 1991.
- S.H. Drs. C.S.T. Kansik. M.A. Drs. Julianto. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta : Erlangga.
- Sutherland, H.A. Terbentuknya Sebuah Elit Birokrasi. Jakarta : Sinar Harapan.1983.



SEJARAH MARITIM NUSANTARA PART III

SEJARAH MARITIM DI NUSANTARA

PADA MASA KOLONIAL PART III

(ASEP RAHMAT HIDYAT, MAHASISWA SEJARAH, UNJ)

A. BANGSA BELANDA

Ada dua faktor yang mempengaruhi bangsa Belanda dalam mencapai kemakmuran di bidang maritimnya. Yang pertama adalah bidang agama (dalam hal ini adalah Protestanisme / Puritans) dan yang kedua adalah faktor geografis. Faktor agama mempengaruhi bangsa Belanda untuk mencapai kemakmuran dirinya dengan dilatarbelakangi oleh ajaran Protestan atau Puritanisme yang mengajarkan kebebasan untuk setiap individu mendapatkan kemakmuran dan melakukan hal yang berguna bagi Tuhan dan berguna bagi sesama manusia maka timbullah Merkantilisme dan Kapitalisme yang mempengaruhi kegiatan perdagangan maritim Belanda.

Faktor yang kedua adalah geografis, disebabkan oleh faktor geografis yang dimiliki oleh Kerajaan Belanda kurang menguntungkan karena wilayah daratannya kecil maka sifat kerja keras dan hemat pun menjadi cikal bakal etos kerja dan pedoman hidup bagi bangsa Belanda khususnya para Pelaut Belanda itu sendiri untuk mengembangkan jiwa pelautnya karena lewat laut mereka dapat mengembangkan perekonomian negeri mereka sebagai contoh dari semangat dan etos kerja mereka yaitu Bangsa Belanda pandai membuat Kapal-kapal Laut yang kokoh dan kuat dalam menjelajahi perairan laut maupun samudera tidak ketinggalan para pelautnya yang sangat tangguh di lautan.

Selain dua faktir tadi ada faktor yang lain yaitu, pada saat itu Belanda sedang terlibat perang kemerdekaan dengan Spanyol, sehingga Belanda membutuhkan biaya untuk perang dan menghidupi negaranya. Selain itu juga Lisabon yang menjadi tempat Belanda berdagang ditutupoleh Spanyol, sehingga mau tidak mau Belanda harus keluar mencari sendiri kebutuhannya.

Komoditi awal yang utama dalam perekonomian maritim Belanda adalah keju dan mentega, harga dari kedua komoditi tersebut telah menyamai perdagangan rempah-rempah di pusat perdagangan Antwerpen, Belgia. Yang tidak kalah pentingnya adalah industri perikanan ikan Haring dimana pada waktu itu tiga juta ekor Haring ditangkap setiap tahunnya dan berbagai kota di Belanda pun sangat bergantung kepada perikanan Haring sehingga industri perikanan itu disebut sebagai “Tambang Emas” bagi Bangsa Belanda.

Perdagangan garam dan gandum adalah komoditi maritim yang dikembangkan oleh bangsa Belanda berikutnya. Garam dibutuhkan oleh Belanda untuk pengawetan ikan Haring mereka, setelah beberapa lama bergantung kepada impor garam dari Perancis dan Spanyol akhirnya Belanda pun melakukan inisiatif untuk menjemput seniri garam-garam mereka butuhkan di daerah Santa Maria dan San Huar. Beberapa Tahun kemudian Belanda pun mulai mengembangkan pabrik-pabrik garamnya sendiri di sekitar kota-kota perikanan Belanda.

Jalur maritim yang dilalui oleh Kerajaan Belanda sebelum kemunculan dari VOC adalah hanya disekitar perairan Eropa. Mulai dari Laut Baltik dimana Bangsa Belanda membeli gandum untuk kehidupan mereka pada negara-negara Skandinavia, perairan Semenanjung Iberia (Lisabon, Santa Maria dan San Huar) untuk mengambil garam dan membeli rempah-rempah di Pusat perdagangannya di Lisabon,sampai dengan Laut Tengah untuk menjual gandum-gandum yang mereka miliki untuk membantu Italia yang pada saat itu dilanda Kelaparan. Setelah Lisabon ditutup untuk para pedagang Belanda, para pelaut Belanda akhinya pun menjelajah sendiri ke arah Asia khususnya Nusantara melalui Tanjung Harapan di Pantai Selatan Afrika untuk mendapatkan sendiri rempah-rempah untuk kebutuhan hidup mereka dan hal inilah yang menjadi titik tolak berdirinya VOC.

B. PERKEMBANGAN SEJARAH MARITUM MASA MASUKNYA BANGSA-BANGSA EROPA KE NUSANTARA

Timbulnya kolonialisme atas nusantara (kelak di sebut Indonesia) diawali ekspansi bangsa-bangsa Eropa ke Seluruh Dunia. Negara-negara Eropa yang melakukan pelayaran samudera dan kolonisasi memiliki latar belakang dan tujuan ayang berbeda-beda yang telah di jelaskan diatas. Setelah bangsa Eropa sampai di nusantara maka mereka melakukan penetras-penetrasi terhadap kekuatan yang ada di daerah yang mereka datangi.

  1. Maritim Di Nusantara Sebelum Kedatangan Bangsa Barat.

Sebelum masuknya pedagang Eropa ke Nusantara, kemaritiman di Nusantara berkembang dengan adanya kota-kota pelabuhan yang dijadikan tempat transaksi perdagangan. Dengan jalur Selat Malaka merupakan jalur pelayaran terpenting pada saat itu. Banten, Demak, Malaka, Samudra Pasai, merupakan kerajaan-kerajaan yang memiliki pelabuhan-pelabuhan dagang yang cukup berkembang. Dan menjadi tolak ukur perkembangan kemaritiman di nusantara pada masa itu.

  1. Maritim Di Nusantara Masa Portugis dan Spanyol

Sebelum kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol, di nusantara telah timbul kota-kota dagang (Emporium) yang satu sama lainnya saling berhubungan dan menjalin hubungan perdagangan. Baik di wilayah Jawa, Sumatera atau bahkan Nusantara Bagian Timur (Spice Island). Yang pada umumnya melakukan pelayaran di wilayah Pantai Timur Sumatera (Sumatera), Pantai Utara Jawa (Jawa).

Setelah kedatangan Portugis ke Malaka, dan dikuasainya Malaka oleh Portugis pada tahun 1511. dan terus melakukan pelayaran sampai ke Maluku. Hal ini tentu saja merubah perkembangan kemaritiman di wilayah Nusantara. Yang tadinya Pantai Timur Sumatera di jadikan jalur utama pelayaran dan jalur perdagangan utama, beralih menjadi ke Pantai Barat Sumatera. Maka dengan hal itu, pelabuhan / kota-kota dagang yang ada di wilayah Pantai Barat Sumatera mengalami kemunduran.

Maluku atau “Spice Island” merupakan tujuan utama Portugis, dimana Malaka pada tahun itu telah mengalami kemunduran atas apa yang telah dilakukan Portugis, tahun 1512 Francisco Serrao melakukan penelitiannya dan berhasil sampai di Hitu (Ambon Utara). Kedatangan Portugis ini, menjadi rebutan antara Ternate dan Tidore untuk menjalin kerja sama dengan Portugis. Akhirnya Portugis menjalin kerja sama dengan Ternate dan 1522 membangun benteng di sana. Tetapi tahun 1575 Portugis di usir dari Ternate karena politik perdagangannya.

Pada tahun 1521 orang-orang Spanyol datang dengan dua buah kapal melalui Filipina, Kalimantan Utara ke Tidore, Bacan dan Jailolo. Dan mereka di terima dengan baik oleh penguasa setempat, dan sampai tahun 1534 kapal-kapal dagang Spanyol masih mengunjungi Maluku. Kedatangan Spanyol ini tentu saja merupakan berita yang kurang baik bagi Portugis, karena Portugs sekarang memiliki saingan dalam usahanya memonopoli rempah-rempah di Maluku. Dan karena sifat Portugis yang telah di ketahui oleh orang-orang Maluku, akhirnya Portugis kehilangan hagemoninya di Maluku dan pergi ke wilayah Lei Timor.

Secara umum kedua bangsa Eropa itu datang ke Nusantara adalah untuk mencari rempah-rempah. Dengan system monopoli yang mereka jalankan mereka bias mendapatkan rempah-rempah dengan melimpah dan dijual langsung di Eropa dengan harga tinggi.

  1. Maritim Di Nusantara Masa Belanda

Sejak akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 tiba gilirannya orang-orang Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis datang ke nusantara. Motif kedatangan bangsa Belanda ini adalah motif ekonomi dan petualangan. Belanda mendarat di Banten di bawah Cornelis de Houtman pada tahun 1596. Di daerah Jawa, Belanda tidak terlalu di terima dengan baik. Tetapi setelah Belanda sampai di Maluku, merupakan hal penting bagi perkembangan kemaritiman di nusantara.

Belanda mendirikan konmgsi dagang yang diberi nama VOC pada tahun 1602 yang memiliki hak Ooctroi dari Ratu Belanda. VOC disini bertujuan untuk menjalankan politik monopoli perdagangan rempah-rempah di nusantara. Dan salah-satu politik pelayuaran yang terkenal dari Belanda adalah Politik Pelayaran Hongi. Pelayaran Hongi adalah pelayaran yang dilakukan oleh VOC untuk mencegah pelanggaran monopoli yang dilakukan oleh Belanda. Selain itu juga, Belanda melakukan sentralisasi penanaman rempah-rempah. Dimana hanya wilayah tertentu saja yang diaperbolehkan untuk menanam rempah-rempah misalnya Ambon, ini untuk memudahkan pengawasan VOC atas rempah-rempah di Spice Island.

Pada tahun 1619 VOC, menaklukan Jakarta dan merebutnya dari tangan Pangeran Wijayakrama. Setelah Jakarta berhasil ditaklukan maka, VOC mendirikan kantornya di Jakarta, hal ini untuk membendung politik Ekspansi Sultan Agung untuk menguasai seluruh Jawa, yang dikhawatirkan oleh VOC dapat menyaingi VOC.

Pengaruh VOC dalam pelayaran niaga di Samudera Hindia pada umumnya dan Nusantara pada khususnya adalah untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari perdagangan rempah-rempah, VOC menguasai kota-kota pelabuhan pengekspor rempah-rempah, dan menghalangio para pedagang asing yang ingin berdagang rempah-rempah di nusantara. Melalui “administrative trade” dan “armed trade” yang dijalankan sangat evektif oleh VOC sehingga berhasil mengorga-nisasikan nusantara dari pelayaran samudera.

SEJARAH MARITIM NUSANTARA PART II

SEJARAH MARITIM DI NUSANTARA

PADA MASA KOLONIAL PART II

(ASEP RAHMAT HIDAYAT, MAHASISWA SEJARAH, UNJ)

A. BANGSA SPANYOL

Kedatangan bangsa Eropa ke Dunia Timur yang dipelopori oleh Portugis dan Spanyol.tidak terlepas dari keadaan pada waktu itu. Meluas ajaran Copernicus dan galileo yang menyatakan bahwa bumi itu bulat (Heliosentris) mendorong semangat para pelaut Spanyol dan Portugis untuk berlayar mengarungi samudera mencari daerah baru. Dengan munculnya ajaran Heliosentris terbukalah pikiran baru bahwa bumi itu bisa dikelilingi. Selain ajaran Heliosentris, yang melatarbelakangi kedatangan bangsa Spanyol ke dunia timur adalah jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki (Islam). Barang-barang dagangan yang biasa diperoleh di laut tengah menjadi sangat sulit diperoleh. Kesulitan ini menyebabkan para pedagang Eropa berusaha mencari sendiri barang dagangan ditempat asalnya. Untuk mencapai dunia timur, banyak dilakukan ekspedisi-ekspedisi yang dilakukan oleh Colombus dan Magelhaens.

1. Ekspedisi Colombus

Colombus (1451-1506) adalah pelaut asal Italia yang berlayar ke arah Barat melalui laut Atlantik barat yang bertujuan mencari Hindia. Ia yakin bahwa India dapat dicapai baik dari arah barat atau timur. Dalam misi pelayaran Colombus ini, ia mengubah anggapan lama bahwa Samudra Atlantik terdapat lubang besar yang dianggap ujung bumi.

Dalam ekspedisinya Colombus mendapatkan 3 buah kapal yaitu Santa Maria, Pinta dan Nina, yang merupakan pemberian dari kerajaan Spanyol. Colombus berangkat pada Agustus 1492 dan sampai di suatu daratan yang kini disebut San- Salvador bagian dari Kep. Bahama. Colombus menyatakan tanah itu sebagai tanah milik Spanyol dan ia mengira sudah sampai di India, maka penduduknya itu diberi nama Indian.

2. Ekspedisi Magelhaen

Dalam pelayarannya Colombus banyak meninggalkan catatan ke daerah baru yang ia temukan. Melalui catatannya, makin memperkuat bahwa di seberang lautan Atlantik terdapat daerah lain. Dugaan ini memperkuat keyakinan Magelhaen bahwa di ujung selatan Benua Amerika terdapat selat. Selat itu menghubungkan lautan Atlantik dengan lautan di seberang benua tersebut. Dari ujung benua Amerika Selatan itu, pelayaran dapat dilanjutkan ke arah barat menuju negeri penghasil rempah-rempah. Untuk bisa kembali ke Spanyol ia bisa berlayar melalui jalur pelayaran timur.

Pada tanggal 10 Agustus 1519, Magelhaen memimpin 5 buah kapal meninggalkan Spanyol. Magelhaen mengawali pelayaran dengan melewati pesisir barat benua, kemudian menelusuri ujung Amerika Selatan dan memasuki selat yang menghubungkan Samudera Atlantik dengan pasifik. Ketika rombongan palaut itu memasuki lautan baru itu, disana ada suasana yang teduh dan tida seganas lautan Atlantik. Magerhaen menamakan lautan itu “Lautan Teduh” atau Lautan Pasifik, kemudian selat yang menghubungkan lautan pasifik dengan Atlantik disebut Selat Magelhaen.

Setelah mengarungi Samudera Pasifik, Magelhaen dan rombongannya tiba di Filipina tahun 1521. Setelah di Filipina, Magelhaen menyatakan bahwa wilayah tersebut menjadi daerah kekuasaan Spanyol. Pada saat itu juga Filipina dijadikan daerah jajahan Spanyol. Di Filipina juga, Magelhaen terbunuh karena terlibat pertempuran dengan penduduk setempat. Setelah Magelhaen terbunuh, rombongannya kemudian berlayar kembali ke Spanyol. Dalam pelayaran pulang ke Spanyol, mengambil jalur timur yang kemudian tiba di Maluku. Di Maluku, Spanyol tidak bertahan lama karena sudah ada Portugis. Berdasarkan Perjanjian Thordesilas, Paus memberi wewenang kepada Portugis dan Spanyol untuk mencari daerah baru sekaligus menyebarkan agama Katholik Roma. Karena hal ini lah terjadi konflik antara Spanyol dengan Portugis, akhirnya terjadi Perjanjian Saragoza tahun 1529, dimana terjadi tukar guling. Portugis yang memiliki jajahan di Brasil (termasuk wilayah Spanyol) dan Spanyol memiliki jajahan di Filipina (termasuk wilayah Portugis), harus di tukar. Dimana Filipina menjadi milik Spanyol dan Brasil menjadi milik Portugis.

3. Kedatangan Spanyol ke Nusantara

Seperti telah dikatakan sebelumnya antara Portugis dengan Spanyol terjadi Perjanjian Thordesilas yang membagi bumi menjadi 2 bagian, dengan garis demarkasi yang dimulai dari garis meridian 370 League sebelah barat kepulauan Cape Verde. Ketika rombongan Magelhaen melakukan pelayaran pulang ke Spanyol, rombongan tersebut tiba di Maluku. Di Maluku kedatangan Spanyol ini tidak disukai oleh Portugis, Portugis menganggap bahwa Spanyol telah melanggar Perjanjian Thoerdesilas. Di wilayah Maluku sebelum kedatangan Portugis terjadi rivalitas di antara kerajaan-kerajaan di Maluku. Rivalitas tersebut menjurus ke sebuah polarisasi antara Uli Lima (pimpinan Ternate) dengan Uli Siwa (pimpinan Tidore).

Namun semenjak kedatangan dan persaingan antara Portugis dan Spanyol untuk menguasai wilayah Maluku, persaingan dan polarisasi tersebut semakin tinggi. Portugis membela Uli Lima sedangkan Spanyol membela Uli Siwa. Persaingan itu diakhiri oleh Perjanjian Saragoza tahun 1529 dimana daerah maluku menjadi daerah bagian Portugis, dan Spanyol haris kembali ke Filipina.