Kamis, 25 Februari 2010

BELAJAR DARI CHINA , BAGAIMANA CHINA MEREBUT PELUANG DALAM ERA GLOBALISASI

BELAJAR DARI CHINA , BAGAIMANA CHINA MEREBUT PELUANG DALAM ERA GLOBALISASI

Pada era globalisasi ini, suatu negara dituntut untuk dapat menguasai teknologi, mampu bersaing dengan negara-negara lain dalam hal ekonomi dan pasar, serta rakyat yang memilki tingkat pengetahuan yang tinggi akan IPTEK dan modernisasi. China sekarang merupakan salah satu negara yang berhasil dalam era globalisasi ini, China tumbuh menjadi negara yang menunjukan peningkatan ekonomi yang di atas rata-rata, mampu bertahan dari goncangan krisis ekonomi dunia pada akhir abad ke 20. China mampu menjadi seperti sekarang karena beberapa faktor, yang paling utama yang di bahas di dalam buku karangan I Wibowo adalah China mampu memanfaatkan peluang. Tetapi faktor-faktor seperti aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya juga memiliki peranan yang sangat penting dalam kemajuan China.
Jika kita buat periode perkembangan China dari awal tahun terbentuknya sampai China menjadi raksasa dunia kita bisa bagi menjadi tiga periode. Pertama, China tahun 1949-1958. Kedua, China periode 1958-1978. Ketiga, China periode 1978-sekarang. China periode pertama merupakan China pada awal berdirinya, pada periode ini China masih menjadi sebuah negara yang kental dengan komunismenya, semua aspek kehidupan bernegara diatur oleh komunisme, dengan Mao Zedong sebagai pemimpinnya. Pada masa ini China mencoba untuk meningkatkan ekonominya misalnya dengan membuat kebijakan Lompatan Jauh Kedepan, tetapi gagal. Pada periode kedua, karena kegagalan demi kegagalan pada kebijakan dalam usaha meningkatkan ekonomi China, maka timbul dua golongan dalam China yaitu Pragmatis dengan Dogmatis. Kedua golongan ini berbeda dalam menafsirkan komunisme China yang tentunya berimplikasi pada pengambilan kebijakan untuk memajukan ekonomi. Pada periode yang ketiga merupakan batu loncatan China menjadi sebuah negara seperti sekarang. “Kemenangan” kelompok pragmatis mengakibatkan titik tolak reformasi China yang nantinya mengakibatkan kemajuan China dalam bidang ekonomi.
China sebelum tahun 1978 merupakan sebuah negara dengan dogma-dogma komunis sangat melekat pada kehidupan bernegara, PKC merupakan sebuah partai tunggal dengan kongresnya sebagai penentu arah kebijakan China. Hal ini berlangsung selama 30 tahun lebih. Tetapi pada tahun 1978 setelah tokoh-tokoh penting golongan dogmatis wafat, dogma-dogma komunisme yang kental seakan menguap begitu saja. Akhirnya timbul sebuah reformasi, perubahan dari dogmatis ke arah pragmatis. Dengan banyaknya tokoh dari golongan pragmatis dalam pemerintahan, maka sedikit demi sedikit China berubah. Misalnya sudah adanya musyawarah, adanya Dewan Perwakilan Rakyat yang disebut Kongres Rakyat, tidak ada lagi kekerasan dalam pergantian pemimpin.
Dua tokoh yang memiliki peranan dalam perkembangan ekonomi China adalah Jiang Jemin (Presiden) dan Zhu Rongji (Perdana Mentri). Jiang Jemin dan Zhu Rongji ini, merupakan dua orang yang memperkenalkan sistem ekonomi pasar. Sistem ekonomi pasar merupakan sistem ekonomi yang memperbolehkan adanya kebebasan individu, negara hanya jadi kontrol untuk setiap kegiatan ekonomi, sistem ekonomi yang digunakan pada negara-negara kapitalis. China merupakan sebuah negara komunisme, tetapi menerapkan sistem ekonomi yang bertentangan dengan dogma-dogma komunisme. Tetapi hal ini merupakan titik tolak kemajuan China. China tumbuh menjadi sebuah rakssa ekonomi, dengan pendapatan perkapita sama dengan negara-negara Uni Eropa, dan pertumbuhan ekonomi yang diatas rata-rata. Tetapi faktor keberhasilan ini karena, kedua tokoh tadi mempelajari kegagalan dari kapitalisme dalam menerapkan sistem ekonomi pasar, dan hal itu diperbaiki dengan menggunakan dogma komunisme, misalnya negara memegang kontrol penuh terhadap kegiatan ekonomi, dan karena partai tunggal maka sedikit sekali terjadi konflik.
Pada awal abad ke-21 Jiang Jemin dan Zhu Rongji j mendukung China masuk kedalam WTO (World Trade Organitation) pada tanggal 17 September 2001. Dengan China menjadi anggota WTO maka China bisa semakin mengembangkan perekonomian, dan lebih memudahkan untuk menjual segala hasil industrinya. China juga dapat meningkatkan pendapatan, meningkatkan industrialisasi, meningkatkan ekspor China. Tetapi konskwensinya China harus ikut dalam sistem perdagangan bebas. Tetapi dengan adanya PKC sebagai “”penjaga idiologi” megakibatkan China tetap memegang tegus idiologi komunisme dan tetap menerapkannya sebagai didiologi negara.
Jika kita melihat dari perjalanan China dari masa ke masa, kita dapat melihat sebuah perjalanan yang tidak lah mudah, dari awal terbentuk China mengalami serangkaian konflik dan kegagalan sebuah kebijakan ekonomi yang justru menghancurkan negara itu. Tetapi karena sebuah keberanian dalam mengambil kebijakan yang dianggap “bertentangan” maka China dapat keluar dari krisis yang membelenggu selama tiga puluh tahun lebih. Karena sistem ekonominya, China tumbuh menjadi sebuah raksasa ekonomi asia dan menjadi negara maju di asia bahkan dunia hanya dalam kurun waktu 31 tahun (setelah tahun 1978). Hal ini didukung karena sistem politik China yang memakai partai tunggal sehingga mudah mengkontrol dan sedikit terjadi konflik. Dari aspek sosial, jumlah rakyat China yang 1,3 Milyar penduduk menguntungkan China dari segi tenaga kerja, dan rakyat China memiliki etos kerja yang tinggi. Dari aspek Budaya, sejak ribuan tahun yang lalu China mengenal konsep Yin dan Yang yang artinya memadukan dua hal yang berbeda untuk kemajuan negara/kehidupan, hal ini diaplikasikan dengan memadukan komunisme dengan kapitalis untuk kemajuan ekonomi China. Dan yang tidak kalah penting juga China memiliki “Production Culture” yaitu budaya untuk menciptakan, China tidak hanya menjadi “bangsa penikmat” tetapi juga berusaha untuk menciptakan dan membuat modivikasi terhadap barang yang sudah ada. Hal ini juga membuat China menjadi negara produsen barang elektronik yang telah dimodivikasi. Hal ini tentunya perlu ditiru oleh semua negara agar ekonomi maju.
Jika kita bandingkan dengan Indonesia, Indonesia pada awal kemerdekaan juga telah beberapa kali juga gagal dalam melaksanakan kebijakan ekonomi, dan juga mengalami pergantian sistem ekonomi. Dari ekonomi terpusat sampai ekonomi pasar pernah di anut oleh Indonesia, tetapi hal ini tidak dapat memajukan ekonomi Indonesia secara signifikan. Hal ini karena Indonesia juga merubah sistem politiknya (tidak seperti China yang tetap komunis), dan konflik internal merupakan kondisi yang membuat Indonesia kacau. Reformasi yang dilakukan pada tahun 1998 tidak lah merubah sebuah kemajuan dalam bidang politik ataupun ekonomi, masyarakat Indonesia tidak memiliki “production culture” seperti China, masyarakat Indonesia hanya sebagai masyarakat penikmat saja. Jadi sudah sepatutnya kita belajar dari China, bukan meniru apa yang dilakukan oleh China dari segi kebijakan, tetapi meniru bagaimana bisa memanfaatkan peluang dalam era globalisasi ini, sehingga dapat memajukan ekonomi Indonesia.

KEBIJAKAN PM CHINA 1949-SEKARANG

DAFTAR PERDANA MENTERI REPUBLIK RAKYAT CHINA
DARI TAHUN 1949 – SEKARANG

1. Zhou Enlai
Zhou Enlai merupakan seorang negarawan yang lahir pada tanggal 5 Maret 1898. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri Republik Rakyat China dari semenjak tahun 1949 atau kemerdekaan negara sampai meninggalnya tanggal 8 Januari 1976.

Kebijakan Zhou Enlai
Bidang Pembangunan Negara
• Adanya Rencana Pembangunan Lima Tahun Tahap I, pada pembangunan Lima Tahun I ini dititik beratkan kepada industri (58,2%), sarana perhubungan, pos dan telekomunikasi (19,2%), pembangunan agraris (7,6%), pendidikan dan kebudayaan (7,2%).
• Adanya Nasionalisasi Industri berat.
• Adanya kebijakan “Transformasi Sosialis” yaitu dirubahnya mental-mental kapitalis ke mental sosialis.
• Adanya kebijakan pembatasan konsumsi pangan.
• Kebijakan Lompatan Jauh Kedepan yang digalakan bersama Partai Komunis China.
Hubungan Luar Negeri
• Adanya kebijakan “Hidup Berdampingan Dengan Damai”, yaitu menjalin kerjasama dengan negara-negara lain. Hal ini dibuktikan dengan penyeleaian masalah Tibet dengan India, ikut dalam konferensi perdamaian Korea dan Vietnam, dan Konferensi Asia-Afrika.
• RRC tidak mengakui lagi Uni Soviet sebagai pimpinan gerakan komunisme internasional.
• Perjanjian Komunike Shanghai antara RRC dengan Amerika Serikat.

2. Hua Goufeng
Hua Goufeng adalah Perdana Menteri yang menggantikan Zhou Enlai pada tanggal 14 Februari 1976 atas keputusan dari Mao Za Dong. Ia dipilih oleh Mao Ze Dong karena Hua Gofeng pada Revolusi Kebudayaan menyumbangkan ide-ide suatu system pertanian yang bedaya guna tinggi. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri sampai tahun 1980. Hua Goufeng menjadi PM RRC hanya 4 tahun itu karena konfrontasi dengan Deng Xio Ping semakin meruncing dan Hua Goufeng mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri dan ketua komite sentral.

Kebijakan Hua Goufeng
Secara umum kebijakan yang pernah dianut oleh Mao Ze Dong akan tetap dijunjung tinggi dan di laksanakan oleh Hua Goufeng.
• Dalam usaha memajukan ekonomi RRC, Hua Goufeng mengadakan perjanjian perdagangan dengan Inggris (PM. Margareth Teacher) yaitu peningkatan volume perdagangan dan penjualan pesawat tempur Inggris kepada RRC.
• Dalam usaha memajukan ilmu pengetahuan, Hua Goufeng membuat kerjasama dengan Italia untuk meningkatkan kerjasama di bidang ilmu, teknologi dan kebudayaan.

3. Zhao Ziyang
Zhao Ziyang adalah Perdana Menteri RRC ke-3, ia lahir tanggal 17 Oktober 1919. Ia menggantikan Hua Goufeng sebagai Perdana Menteri pada tahun 1980 dan menjabat selama 7 tahun sampai 1987. Pada era tahun 1980-an, golongan kaum-kaum konservatif sudah banyak yang meninggal dan semakin bermunculannya golongan pragmatis. Pada masa pemerintahan Zhao Ziyang ini lah, RRC memasuki era baru yaitu era ekonomi pasar bebas dengan idiologi negara tetap komunisme, dan masyarakat RRC telah dihinggapi “penyakit” kapitalis liberal.

Kebijakan Zhao Ziyang
• Bersama Deng Xio Ping, Zhao Ziyang merencanakan kebijaksanaan “modernisasi 4 bidang” sebagai rencana yang telah direncanakan pada Hasil Kongres ke-3 pada masa Zhou Enlai, yang meliputi industry, pertanian, ilmu dan teknologi, serta pertahanan.
• RRC menerapkan “Politik Pintu Terbuka” yaitu memperbolehkan modal asing masuk ke RRC.
• Membuat Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zones) yaitu Guang Dong, Fu Jian. Dan kemudian disusul dengan kota-kota besar lainnya di China.
• Kunjungan diplomatic Zhao Ziyang ke Amerika Serikat (1985) menghasilkan perjanjian kerjasama dibidang teknologi dan nuklir.
• Kunjungan diplomatic Zhao Ziyang ke Inggris (1985) menghasilkan inggris member kredit ekspor sebesar $350juta.

4. Li Peng
Li Peng adalah perdana menteri RRC ke-4 ia memerintah dari tahun 1987 sampai pada tahun 1998. Pada masa pemerintahannya terjadi demo mahasiswa di lapangan Tian An Men tanggal 4 Juni 1989, karena penolakan kepada kebijakan ekonomi pasar, dan pergeseran nilai-nilai komunisme di bidang ekonomi.

Kebijakan Li Peng
• Merencanakan kebijakan ekonomi berdasarkan stabilitas ekonomi. Yaitu mengurangi anggaran belanjanya, menunda pembangunan proyek-proyek baru, serta mnutup perusahaan-perusahaan yang menggunakan energy dan bahan mentah yang berlebihan.
• Membuat sistem perpajakan yang baru. Dan menaikan gaji buruh di kota-kota.

5. Zhu Rongji
Zhu Rongji adalah Perdana Menteri RRC yang ke-5, ia memerintah dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2003. Ia berhasil memajukan ekonomi RRC, karena kebijakan-kebijakannya yang kontroversial tetapi justru membuat perkembangan ekonomi RRC.

Kebijakan Zhu Rongji
• Memberantas Korupsi. Pernyataan dia yang terkenal “berikan saya 100 peti mati, 99 untuk para koruptor dan 1 untuk saya jika melakukan hal yang sama”. Akibatnya lebih dari 4000 koruptor berhasil dihukum mati.
• Sebagai hasil Kongres IX Zhu Rongji kenetapkan kebijakan ekonomi yang bernama “Yige Quebao, Sange Daowei, Wuxiang Gaige” yang artinya satu garansi, tiga pencapaian prestasi, lima pokok reformasi.
• Kebijakan untuk Menarik BUMN sekala menengah dan besar dari “angka merah” yaitu menderita rugi terus menerus.
• Kebijakan untuk restrukturisasi menyeluruh dari sistem perbankan dan finansial. Restrukturisasi dan redefinisi fungsi-fungsi diawali dengan peranan Bank Rakyat China sebagai bank sentral. Fungsi-fungsi nonbank sentral dialihkan kepada lembaga lain.
• Kebijakan untuk merampingkan birokrasi.
• Kebjakan “Revolusi Internet“ internet digunakan sebagai sarana keterbukaan dalam memajukan ekonomi RRC.
• Mengadakan privatisasi perusahaan negara yang sedang mengalami Colaps, tetapi berani memberikan subsidi kepada perusahaan negara yang strategis.
• Zhu Rongji memilih perusahaan-perusahaan negara yang besar untuk menjadi "tim nasional", jumlahnya sekitar 120 kelompok perusahaan, yang dianggap "mempunyai nilai strategis." Perusahaan-perusahaan ini diproteksi Pemerintah Cina dengan tarif impor yang tinggi.

6. Wen Jiabao
Wen Jiabao dilahirkan di Tianjin, sebuah kota pantai di Tiongkok utara pada September 1942, Wen Jiabao lulus dari Institut Geologi Beijing dengan menyandang gelar magister (S2) setelah menyelesaikan kuliah selama 8 tahun. Wen Jiabao merupakan Perdana Menteri RRC ke-6. Ia memangku jabatan perdana menteri sejak tanggal 16 Maret 2003 sampai sekarang.

Kebijakan Wen Jiabao
• Membuat konsep kebijakan perkembangan ilmiah, melanjutkan pembebasan pikiran, mempertahankan keterbukaan dan reformasi, mendorong perkembangan teknologi, memajukan masyarakat harmonis, berjuang demi teraihnya kemenangan baru pembangunan menyeluruh masyarakat sehat.
• Kebijakan untuk mempertahankan politik refresif kediktatoran yang tak tergoyahkan.
• Pemerintah akan mengawasi ekonomi makro lebih kuat dalam upaya menjaga pertumbuhan percepatan ekonomi nasional agar tidak terlalu panas (overheating).
• Kebijakan moneter secara umum akan distabilkan namun `pengetatannya moderat` untuk menjaga kestabilan dan pertumbuhan ekonomi. Serta
• Akan melanjutkan penyesuaian pajak ekspor dan tarif pada sejumlah produk melalui sejumlah kebijakan dalam upaya untuk mendorong impor dalam upaya untuk mengurangi melonjaknya surplus perdagangan.
• Menjalankan kebijakan keuangan yang proaktif, dan kebijakan moneter yang longgar demi pengembangan ekonomi yang berkelanjutan.
• 5 kebijakan Wen Jiabao dalam mengatasi krisis global. 1) Memperkuat kerjasama ekonomi internasional dan dukung rezim perdagangan multilateral yang baik. 2) Segera mereformasi sistem keuangan internasional dan mempercepat pembentukan suatu tatanan baru keuangan internasional. 3) Memperkuat kerjasama internasional dalam pengawasan dan regulasi keuangan sekaligus mengantisipasi tumbuh dan berkembangnya risiko-risiko keuangan. 4) Memberikan perlindungan secara efektif atas kepentingan negara-negara berkembang dan memperjuangkan pembangunan ekonomi di penjuru dunia. 5) Bersama-sama mengatasi tantangan-tantangan global dan membuat situasi yang lebih baik bagi umat manusia.

HASIL KONGRES PKC 1949

HASIL KONGRES PARTAI KOMUNIS CHINA
DARI TAHUN 1949 – SEKARANG

PKC didirikan 1 juli 1921. Di Shanghai. Sejak itu anggota bertambah terus. Rata-rata diatas satu juta tiap tahun. Misalnya 39 juta, tahun 1983. Lalu 49 juta, tahun 1990. Dengan 51 juta jumlah anggota (1992), PKC adalah partai komunis terbesar di dunia. Dua pertiga anggota partai terdiri dari petani, 15% buruh, 10% intelektual.
RRC, sejak berdiri 1 Oktober 1949, mengaku sebagai "negara sosialis-diktatur rakyat demokratis, dibawah pimpinan kelas buruh dan tani." Dalam teori dan praksis ini lalu berarti: 1) PKC adalah partai berkuasa. 2) Sentralisme demokratis berarti pembentukan aspirasi dari atas kebawah. 3) Negara mengatur/mengontrol perekonomian - secara sentral (hampir) segala aspek kehidupan rakyat. Dan berdasarkan Undang-Undang 1982 dan diperluas lagi dengan UU 29 Maret 1993, RRC kemudian menyatakan diri sebagai negara penganut ‘’Sosialisme Ekonomi-pasar’’
Perkembangan politik di RRC sejak 1949 tak mulus. Diwarnai perebutan kekuasaan (Machtkampf ) terus menerus, berlangsung sengit, dipuncak hirarkhi partai. Bahkan, sudah menjadi rahasia umum kehidupan partai politik, selamanya diwarnai perebutan simpati atau pengaruh, baik antar individu ataupun kelompok.
Parlemen (National People Congress) merupakan organ tertinggi. Yang beranggotakan 2921 orang, yang secara teoritis setiap 5 tahun sekali, dipilih, melalui wakil-wakil propinsi, daerah otonomi, Tentara Merah (267 delegasi). Parlemen ini bertugas untuk membuat Undang Undang dan perencanaan ekonomi, merancang anggaran pendapatan / pembelanjaan negara, memilih kepala negara (baru dihidupkan kembali tahun 1982, dan Jiang Zemin yang terpilih), mengangkat perdana mentri (Li Peng sejak 1988) dan mengangkat anggota dewan nasional lainnya.
Kongres Partai Komunis China sudah berlangsung sebanyak 17 kali. 7 kongres dilakukan sebelum terbentuknya Republik Rakyat China (RRC) atau sebelum tahun 1949. Dan berikut adalah Beberapa hasil kongres Partai Komunis China dari tahun 1949.

1. Kongres ke-8 Partai Komunis China (Ba Da) Tanggal 15-27 September 1956.
Beberapa Hasil Kongres PKC ke-8 yang dilaksanakan di Beijing dengan jumlah delegasi 1026.
1. RRC akan mengembangkan hubungan dengan segala negara atas dasar “Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai”.
2. Konstitusi PKC diambil dari gagasan-gagasan Mao Ze Dong yang berasaskan Lenin-Marxisme.

2. Kongres ke-9 Partai Komunis China (Jiu Da) Tanggal 1-24 April 1969.
Bebrapa hasil kongres PKC yang ke-9 yang dilaksanakan di Beijing, dengan jumlah delegasi 1512.
1. Revolusi harus tetap bersandar pada massa revolusioner yang luas untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang besar.
2. Terus mengembangkan hubungan bersahabat dengan negara lain.
3. Persekutuan kaum pekerja dan kaum petani merupakan jaminan pokok dan keberhasilan perjuangan nasional.
4. Perubahan Anggaran Dasar PKC
Tercantumnya dua nama tokoh yaitu Mao Ze Dong dan Lin Bao dalam anggaran dasar PKC. Pada masa lalu selain nama Lenin dan Marx tidak pernah ada tokoh yang disebut dalam anggaran PKC.
5. Pembaharuan anggota Komite Sentral.
Mengadakan pemilihan anggota Komite Sentral baru, diatara 279 anggota Komite Sentral Partai Komunis yang terpilih 123 tentara (44%) dan diantara 21 anggota Biro Politik terdapat 4 marsekal dan 6 jenderal.

3. Kongres ke-10 Partai Kumunis China (Shi Da) Tanggal 24-28 Agustus 1973
Kongres PKC ke-10 ini merupakan kongres dimana terjadi pergulatan / pertentangan antara golongan radikal (Wang Hung Wen) dengan golongan moderat (Zhou Enlai). Kongres yang diadakan di Beijing ini dihadiri 1249 delegasi.
Pada Kongres PKC ke X ini menghasilkan beberapa keputusan yaitu :
1. Partai Komunis tetap merupakan penguasa mutlak.
2. Jajaran Partai Komunis China terdiri atas campuran dari unsur tua, unsur menengah, dan unsur muda.
3. Dalam pemilihan anggota komite sentral baru, perwakilan dari tentara diperkecil, dari yang tadinya 89 orang menjadi 44 orang tentara saja.
4. Dipilih kembali Deng Xiao Ping dalam jajaran pemimpn komite sentral yang sempat digeser dari Sekjen PKC (Mao menganggap PKC membutuhkan tenaga kepemimpinan yang berbobot).

4. Kongres ke-11 Partai Komunis China (Shiyi Da) Tanggal 12-18 Agutus 1977
Bebrapa hasil kongres PKC yang ke-11 yang dilaksanakan di Beijing, yang dihadiri 1510 delegasi.
1. RRC memulai reformasi ekonomi, RRC yang pada awal berdirinya, memulai pembangunan ekonomi dengan sistem ekonomi terpusat, kini menggunakan sistem ekonomi pasar. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi berdasarkan ekonomi pasar sebenarnya bertentangan dengan ideologi komunisme yang dianut oleh RRC.
2. Akan mengadakan modernisasi 4 bidang, yaitu industri, pertanian, ilmu dan teknologi, pertahanan nasional.

5. Kongres ke-12 Partai Komunis China (Shi’er Da) Tanggal 1-11 September 1982
Bebrapa hasil kongres PKC yang ke-12 yang dilaksanakan di Beijing, yang dihadiri 1600 delegasi.
1. Semua pimpinan pemerintahan dan partai harus sudah lulusan perguruan tinggi.
2. Kebijakan yang disebut sebagai "si hua" yang artinya kira2: "empat mengubah" atau "empat menjadi", yaitu :
1. Menjadi remaja (regenerasi teratur) = nianqinghua
2. Menjadi revolusioner (bergerak cepat)= geminghua
3. Menjadi profesional(menguasai bidang)= zhuanyehua
4. Menjadi berpendidikan (penddk formal)= zhishihua
3. Menetapkan Hu Yong Bang sebagai Sekretaris Jenderal PKC.
4. Mengalihkan titik berat Partai dan Negara ke arah pembangunan ekonomi.
5. Meningkatkan persatuan antara buruh, tani, dan cedekiawan.

6. Kongres ke-13 Partai Komunis China (Shisan Da) Tanggal 25 Oktober-1 November 1987
Bebrapa hasil kongres PKC yang ke-13 yang dilaksanakan di Beijing, dengan jumlah delegasi 1936.
1. Mengemukakan RRC masih ada pada ”Tahap Awal Sosialisme”. tujuan utama ”Tahap Awal Sosialisme” yaitu perkembangan ekonomi, sehingga fenomena kapitalisme seperti kepemilikan perusahaan swasta masih memiliki peranan positif.
2. Maka pemerintah RRC mencanangkan konsep baru, yaitu ”Ekonomi Pasar Sosialis” (Disetujui pada kongres PKC ke-14 tahun 1992).
3. Terpilih 175 anggota dengan hak suara penuh.
4. Praktek lama yang melibat pemerintah dengan Partai diakhiri. Seluruh organ Partai yang ada dalam jajaran birokrasi ditarik. Dengan kata lain, PKC sekarang hanya akan berfungsi sebagai penjaga ideologi saja, tidak turut campur dalam kegiatan pemerintahan.

7. Kongres ke-14 Partai Komunis China (Shisi Da) Tanggal 12-18 Oktober 1992
Bebrapa hasil kongres PKC yang ke-10 yang dilaksanakan di Beijing, dengan jumlah delegasi 1989.
1. Menetapkan dianutnya sistem "ekonomi pasar sosialis". Seusai penerapan sistem ini, serangkaian reformasi institusi ekonomi terus dilakukan dengan konsisten dalam sektor keuangan, investasi, dan perdagangan.
2. Reformasi berbagai peraturan perundang-undangan yang diimplementasikan secara berkesinambungan.
3. Sosialisme Republik Rakyat Tiongkok sebagai “sosialisme yang disesuaikan dengan keadaan di China”.

8. Kongres ke-15 Partai Komunis China (Shiwu Da) Tanggal 12-18 September 1997
Bebrapa hasil kongres PKC yang ke-16 yang dilaksanakan di Beijing, dengan jumlah delegasi 2074.
1. RRC masih dalam ”Sosialisme Tahap Awal”. Konsep ” Sosialisme Tahap Awal ini adalah tahap dimana ekonomi RRC pada tingkat awal. Tujuan tahap ekonomi ini adalah menuju keberhasilan ekonomi yang berdasarkan kekuatan produktivitas masyarakat RRC.
2. Setelah disahkannya Teori Deng Xiaoping, sekarang giliran Jiang Zemin yang mengumumkan konsepnya sendiri. Pada tahun 2000, Jiang mengeluarkan konsep baru yakni ”Tiga Perwakilan” (San Ge Daibiao)

9. Kongres ke-16 Partai Komunis China (Shiliu Da) Tanggal 8-15 November 2002
Bebrapa hasil kongres PKC yang ke-16 yang dilaksanakan di Beijing, dengan jumlah delegasi 2114.
1. Komunisme China adalah “komunisme tiga kaki”.
2. Pengusaha disahkan sebagai anggota partai dan harus memiliki wakil di politbiro.

10. Kongres ke-17 Partai Komunis China (Shiqi Da) Tanggal 15-21 Oktober 2007
Bebrapa hasil kongres PKC yang ke-17 yang dilaksanakan di Beijing, dengan jumlah delegasi 2217.
1. Pembaharuan doktrin komunisme yaitu penambahan satu doktrin lagi, komunisme China adalah juga komunisme yang membangun negara berdasarkan konsep ilmiah.
2. Terpilihnya komite sentral ke-17 PKC yang terdiri dari Hu Jintau, Wu bangguo, Wen Jiabao, Jia Qinlin, dan Li Changchun.
3. Zeng Qinghong terpilih sebagai wakil presiden RRC.

TRANSFORMAI AGAMA DI CHINA

PERKEMBANGAN DAN TRANSFORMASI AGAMA DI RRC 1949-1969

Agama merupakan faktor penting dalam setiap sendi kehidupan manusia. Fungsi agama dalam masyarakat sampai saat ini belum bisa digantikan oleh faktor lainnya, karena agama merupakan sebuah penunjuk jalan bagi manusia untuk bisa mendaptkan ketenangan di dunia maupun di akhirat kelak.

Begitupun halnya di Cina, agama merupakan sesuatu yang sakral, karena agama menurut masyarakat Cina dielementasikan sebagai penghormatan kepada Dewa dan roh nenek moyang, hal ini terdapat dalam agama Kong Hu chu. Kong Hu Chu merupakan agama yang secara turun temurun tetap dipelihara oleh masyarakat Cina sampai sekarang bahkan ketika Cina sudah berubah menjadi negara RRC yang berideologikan komunis.

Dalam perkembangannya agama asing juga merambah masyarakat Cina, pada Abad ke 13-14 ketika wilayah Cina dikuasai oleh bangsa Mongol, datang aliran agama katolik yaitu Nestorianisme yang dibawa oleh para pedagang Eropa ke wilayah Cina untuk disebarluaskan. Agama-agama Asing pun kian berkembang ketika pada Zaman Dinasti Ming (Chin), Orang-Orang Eropa banyak berdatangan ke negara Cina untuk menjalin perdagangan serta menyebarkan agama Katolik dan Protestan. Penyebarluasan agama tersebut ditempuh lewat cara menyelenggarakan lembaga pendidikan bagi Bangsa Eropa yang tinggal di Cina serta orang-orang pribumi yang tertarik pada agama Protestan ataupun Katolik.

Kondisi kehidupan agama berubah secara drastis ketika Cina sudah dikuasai sepenuhnya oleh Komunis, sejak tahun 1949, agama juga dijadikan subjek untuk mempropagandakan partai, oleh karena itu agama terutama kristen mulai dikekang dan gereja-gereja di Cina tidak boleh berhubungan dengan gereja-gereja di luar RRC. Hal tersebut bertujuan untuk membebaskan gereja Cina dari “imperialisme kebudayaan” dan pengaruh asing.

Contoh konkret dari pengekangan gereja-gereja di Cina adalah peraturan yang mewajibkan gereja untuk tidak menyelenggarakan lembaga pendidikan atau sekolah. Hal ini terkait dengan ideologi komunis itu sendiri bahwa agama adalah candu bagi masyarakat, oleh karena itu gereja dilarang untuk mencampuri urusan pendidikan karena di setiap pelajarannya terkandung misi agama.

Padahal ketika misionaris kristen bergerak di bidang pendidikan, tingkat pendidikan di Cina mengalami perkembangan yang signifikan, namun di masa Revolusi tersebut pendidikan mengalami banyak kesulitan terutama guru atau pengajar baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Tapi PKC sendiri berdalih bahwa sistem pendidikan yang dijalankannya adalah sistem yang menganut pendidikan modern yang menitikl beratkan kepada keterampilan teknik daripada pemikiran ilmiah, dimana kurikulum perguruan tingginya menganut sistem pendidikan Uni Soviet dan penelitian-penelitian ilmiah tetap diselenggarakan oleh Akademi Ilmu Nasional yaitu Akademi Sinica sejak sebelum tahun 1949.

RRC 1949-1969 PART II

1. Perkembangan Dan Transformasi Republik Rakyat China Pada Aspek Ekonomi
Sejak didirikan pada 1949, RRC telah dipimpin oleh Partai Komunis Cina (PKC). Sekalipun seringkali dilihat sebagai negara komunis, kebanyakan ekonomi republik ini telah diswastakan sejak tiga dasawarsa yang lalu. Walau bagaimanapun, pemerintah masih mengawasi ekonominya secara politik terutama dengan perusahaan-perusahaan milik pemerintah dan sektor perbankan.

Republik Rakyat Cina mencirikan ekonominya sebagai Sosialisme dengan ciri Cina. Sejak akhir 1978, kepemimpinan Cina telah memperharui ekonomi dari ekonomi terencana Soviet ke ekonomi yang berorientasi-pasar tapi masih dalam kerangka kerja politik yang kaku dari Partai Komunis.

Dalam kurun waktu selama 30 tahun sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok tahun 1949, pemerintah Tiongkok melaksanakan sistem ekonomi berencana. Target-target perkembangan ekonomi di semua sektor direncanakan dan disusun oleh lembaga-lembaga khusus negara. Dengan adanya sistem seperti itu, ekonomi Tiongkok dapat berkembang mantap secara berencana dan terarah, namun sistem itu sekaligus dengan serius telah membatasi vitalitas dan laju perkembangan ekonomi.

Dari suatu kebijakan ekonomi China pada awal terbentuknya RRC yang paling mencengangkan adalah adanya kebijakan Lompatan jauh kedepan. Yaitu kebijakan ekonomi yang diusulkan Mao Zedong agar China bisa mengimbangi negara-negara di Eropa dari sektor industri. Tetapi rencana ini malah gagal total. Kegagalan ini dianggap Mao karena komunisme di China belum menyebar maka untuk lebih menyebarkan paham komunisme Mao Zedong menjalankan Revolusi Kebudayaan yang menelan ribuan korban jiwa.

Setelah kegagalan ekonomi yang dramatis pada awal 1960-an, Mao mundur dari jabatannya sebagai ketua umum Cina. Kongres Rakyat Nasional melantik Liu Shaoqi sebagai pengganti Mao. Mao tetap menjadi ketua partai namun dilepas dari tugas ekonomi sehari-hari yang dikontrol dengan lebih lunak oleh Liu Shaoqi, Deng Xiaoping dan lainnya yang memulai reformasi keuangan.

Karena kegagalan tersebut, terjadi transformasi ekonomi China. China menjadi negara yang “pragmatis” yaitu menggunakan system ekonomi pasar bebas ditengah tengah idiologi komunisme. Akhirnya tahun 1970-an, sesuai dengan hasil kongres ke-11 Partai Komunis China (Shiyi Da) Tanggal 12-18 Agustus 1977 yang dilaksanakan di Beijing, yaitu: reformasi ekonomi, dari ekonomi terpusat menjadi ekonomi pasar, dan modernisasi 4 bidang, yaitu industri, pertanian, ilmu dan teknologi, pertahanan nasional.

Kebijakan ekonomi China yang pragmatis ini didasarkan atas evaluasi pengalaman dalam pelaksanaan berbagai eksperimen program pembangunan yang mereka sebut ”mencari kebenaran dari kenyataan konkret”, seperti ”sistem tanggung jawab rumah tangga” yang pada akhir 1970-an telah meninggalkan sistem pertanian kolektif dan mengembalikan usaha tani kepada para petani. Hasilnya, kenaikan pesat dalam produktivitas, hasil produksi, dan pendapatan petani tanpa memerlukan pengeluaran besar dari Pemerintah China.

Kebijakan ekonomi yang pragmatis juga tecermin pada kebijakan ”pintu terbuka” bagi investasi asing. Meski dari tahun ke tahun sistem insentif dan peraturan mengenai investasi asing terus disempurnakan, insentif dan peraturan tentang investasi asing tetap menarik bagi investor asing.
Deng Xiaoping pada 1978 mengatakan, ”Bila China ingin memodernisasi pertanian, industri, dan pertahanan, yang harus dimodernisasi lebih dahulu adalah sains dan teknologi serta menjadikannya kekuatan produktif.” Pada 1985, Deng menegaskan pentingnya pendidikan karakter, dan orientasi hafalan dianggap ”membunuh” karakter anak. Setelah itu, guru dan kaum profesional amat dihargai. Sejak Deng Xiaoping meluncurkan program reformasi ekonomi tahun 1979, ekonomi China mengalami pertumbuhan amat menakjubkan.

2. Perkembangan Dan Transformasi Republik Rakyat China Pada Aspek Sosial Budaya

Secara resmi RRC memandang dirinya sendiri sebagai bangsa multi-etnis dengan 56 etnisitas yang diakui. Mayoritas etnis Han menyusun hampir 93% populasi; bagaimanapun merupakan mayoritas dalam hanya hampir setengah daerah Cina. Penduduk bangsa Han sendiri heterogen, dan bisa dianggap sebagai kumpulan pelbagai etnik yang mengamalkan budaya dan bercakap bahasa yang sama. Kebanyakan suku Han bertutur macam-macam bahasa Cina yang diucapkan, yang bisa dilihat sebagai 1 bahasa atau keluarga bahasa. Subdivisi terbesar bahasa Cina yang diucapkan ialah bahasa Mandarin, dengan lebih banyak pembicara daripada bahasa lainnya di dunia. Versi standar Mandarin yang didasarkan pada dialek Beijing, dikenal sebagai Putonghua, diajarkan di sekolah dan digunakan sebagai bahasa resmi di seluruh negara.

Revolusi Komunis di negara ini sejak tahun 1949 meninggalkan kesan yang besar yaitu hampir 59% penduduknya (lebih kurang 767 juta orang) menjadi Ateis atau tidak percaya Tuhan. Namun lebih kurang 33% dari mereka percaya kepada kepercayaan tradisi atau gabungan kepercayaan Buddha dan Taoisme. Penganut agama terbesar di negara ini ialah Buddha Mahayana yang berjumlah 100 juta orang. Di samping itu, Buddha Therawada dan Buddha Tibet juga diamalkan oleh golongan minoritas etnis di perbatasan barat laut negara ini. Selain itu diperkirakan terdapat 18 juta penduduk Islam (kebanyakan Sunni) dan 14 juta Kristen (4 juta Katolik dan 10 juta Protestan) di negara ini.

Negara ini telah lama mengalami masalah pertumbuhan penduduk. Dalam usaha membatasi perkembangan populasinya, RRC telah mengambil kebijakan yang membatasi keluarga di perkotaan (etnis minoritas seperti Tibet dikecualikan) menjadi 1 anak dan keluarga di pedalaman 2 anak saat yang pertama wanita. Karena lelaki dianggap lebih bernilai ekonomis di daerah pedesaan, muncullah insiden tinggi mengenai aborsi selektif jenis kelamin dan penolakan anak di daerah pedesaan buat memastikan bahwa anak kedua ialah lelaki. Dasar ini hanyalah untuk penduduk mayoritas bangsa Han. Terdapat banyak rumah anak yatim untuk anak-anak terlantar ini, akan tetapi hanya 2% saja yang dijadikan anak angkat oleh orang lain. Yang selebihnya pula besar di rumah anak yatim itu. RRC telah mengintitusikan program pengambilan anak angkat internasional, di mana penduduk negara lain datang untuk mengangkat mereka, tetapi program ini menampakkan hasil yang tidak memuaskan. Norma tradisional Cina diperoleh dari versi ortodoks Konfusianisme, yang diajarkan di sekolah-sekolah dan bahkan merupakan bagian dari ujian pelayanan publik kekaisaran pada zaman dulunya. Akan tetapi keadaan tidak selalu begitu karena pada masa dinasti Qing umpamanya kekaisaran Cina terdiri dari banyak pemikiran seperti legalisme, yang di dalam banyak hal tidak serupa dengan Kong Hu Cu, dan hak-hak mengkritik kerajaan yang zalim dan perasaan moral invididu dihalangi oleh pemikir 'orthodoks'. Sekarang, adanya neo-Konfucianisme yang berpendapat bahawa ide demokrasi dan hak asasi manusia sejajar dengan nilai-nilai tradisional Konfuciusme 'Asia'.

Para pemimpin yang memulai langkah-langkah untuk mengubah masyarakat Cina setelah berdirinya RRC pada 1949 dibesarkan dalam lingkungan tua dan telah diajarkan norma hidup sesuai dengan lingkungan hidupnya. Meskipun mereka merupakan revolusioner yang mampu beradaptasi dengan zamannya, mereka tidak ingin mengubah budaya Cina secara besar-besaran. Sebagai pemerintah langsung, para pemimpin RRC mengganti aspek tradisional seperti kepemilikan tanah di desa dan pendidikan tetapi masih menyisakan aspek-aspek lainnya, misalnya struktur keluarga. Kebanyakan pemerhati luar berpendapat bahwa waktu setelah 1949 bukanlah sesuatu yang berbeda di RRC dibandingkan dengannya sebelum itu, malah merupakan penerusan cara hidup yang berpegang pada nilai-nilai lama masyarakat Cina. Pemerintah baru diterima tanpa protes apapun karena pemerintahan baru dianggap "mendapat mandat dari surga" untuk memerintah, mengambil-alih pucuk kepemimpinan dari kekuasaan lama dan mendapat rida para dewa. Seperti pada zaman lampau, pemimpin seperti Mao Zedong telah disanjung. Pergantian dalam masyarakat RRC tidak konsisten seperti yang didakwa.

Sepanjang masa pemerintahan RRC, banyak aspek budaya tradisi Cina dianggap sebagai seni lukis, peribahasa, bahasa, dan sebagainya yang lain telah coba dihapus oleh pemerintah seperti yang terjadi pada Revolusi Kebudayaan karena didakwa kolot, feodal dan berbahaya. Semenjak itu, Cina telah menyadari kesalahannya dan mencoba untuk memulihkannya semula, seperti reformasi Opera Beijing untuk menyuarakan propaganda komunisnya. Dengan berlalunya waktu, banyak aspek tradisi Cina telah diterima kerajaan dan rakyatnya sebagai warisan dan sebagian jati diri Cina. Dasar-dasar resmi pemerintah kini dibuat berlandaskan kemajuan dan penyambung peradaban RRC sebagai sebagian identitas bangsa. Nasionalisme juga diterapkan kepada pemuda untuk memberi legitimasi kepada pemerintahan Partai Komunis Cina.

3. Perkembangan Dan Transformasi Republik Rakyat China Pada Aspek Agama
Agama merupakan faktor penting dalam setiap sendi kehidupan manusia. Fungsi agama dalam masyarakat sampai saat ini belum bisa digantikan oleh faktor lainnya, karena agama merupakan sebuah penunjuk jalan bagi manusia untuk bisa mendaptkan ketenangan di dunia maupun di akhirat kelak.

Begitupun halnya di Cina, agama merupakan sesuatu yang sakral, karena agama menurut masyarakat Cina dielementasikan sebagai penghormatan kepada Dewa dan roh nenek moyang, hal ini terdapat dalam agama Kong Hu chu. Kong Hu Chu merupakan agama yang secara turun temurun tetap dipelihara oleh masyarakat Cina sampai sekarang bahkan ketika Cina sudah berubah menjadi negara RRC yang berideologikan komunis.

Dalam perkembangannya agama asing juga merambah masyarakat Cina, pada Abad ke 13-14 ketika wilayah Cina dikuasai oleh bangsa Mongol, datang aliran agama katolik yaitu Nestorianisme yang dibawa oleh para pedagang Eropa ke wilayah Cina untuk disebarluaskan. Agama-agama Asing pun kian berkembang ketika pada Zaman Dinasti Ming (Chin), Orang-Orang Eropa banyak berdatangan ke negara Cina untuk menjalin perdagangan serta menyebarkan agama Katolik dan Protestan. Penyebarluasan agama tersebut ditempuh lewat cara menyelenggarakan lembaga pendidikan bagi Bangsa Eropa yang tinggal di Cina serta orang-orang pribumi yang tertarik pada agama Protestan ataupun Katolik.

Kondisi kehidupan agama berubah secara drastis ketika Cina sudah dikuasai sepenuhnya oleh Komunis, sejak tahun 1949, agama juga dijadikan subjek untuk mempropagandakan partai, oleh karena itu agama terutama kristen mulai dikekang dan gereja-gereja di Cina tidak boleh berhubungan dengan gereja-gereja di luar RRC. Hal tersebut bertujuan untuk membebaskan gereja Cina dari “imperialisme kebudayaan” dan pengaruh asing.

Contoh konkret dari pengekangan gereja-gereja di Cina adalah peraturan yang mewajibkan gereja untuk tidak menyelenggarakan lembaga pendidikan atau sekolah. Hal ini terkait dengan ideologi komunis itu sendiri bahwa agama adalah candu bagi masyarakat, oleh karena itu gereja dilarang untuk mencampuri urusan pendidikan karena di setiap pelajarannya terkandung misi agama.

Padahal ketika misionaris kristen bergerak di bidang pendidikan, tingkat pendidikan di Cina mengalami perkembangan yang signifikan, namun di masa Revolusi tersebut pendidikan mengalami banyak kesulitan terutama guru atau pengajar baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Tapi PKC sendiri berdalih bahwa sistem pendidikan yang dijalankannya adalah sistem yang menganut pendidikan modern yang menitikl beratkan kepada keterampilan teknik daripada pemikiran ilmiah, dimana kurikulum perguruan tingginya menganut sistem pendidikan Uni Soviet dan penelitian-penelitian ilmiah tetap diselenggarakan oleh Akademi Ilmu Nasional yaitu Akademi Sinica sejak sebelum tahun 1949.

4. Perkembangan Dan Transformasi Republik Rakyat China Pada Aspek Pendidikan
Pada bidang pendidikan pada periode komunis ini mengalami beberapa perubahan. China yang sejak jaman dinasti kental akan pengaruh Konfusianisme lama-lama semakin pudar dah berkurang. Sejak awal abad ke-20 pendidikan modern banyak dikembangkan oleh misionaris katolik dan protestan. Pada awal tahun 1949 pengaruh dua golongan ini terhadap system pendidikan di RRC masih cukup besar, tetapi pada saat China menjadi sebuah negara komunis, maka komunis melarang semua campur tangan misionaris Katholik dan Protestan terhadap pendidikan di China. Pendidikan hanya dijalankan oleh negara saja, tanpa campur tangan pihak atau golongan lain, dengan doktrin-doktrin Komunis lewat PKC yang sangat mempengaruhi isi dari pendidikan China.

Sebelum tahun 1949 sistem pendidikan di China disesuaikan dengan system pendidikan di Amerika Serikat. Tetapi setelah 1949 sistem pendidikan berganti menjadi system pendidikan bergaya Uni Soviet. Semua penelitian ilmiah dipusatkan dalam lembaga khusus di bawah pimpinan umum dari Akademi Ilmu Nasional yaitu Academia Sinica.

Pada aspek pendidikan yang jadi permasalahan utama adalah pada saat tingkat pendidikan diperluas, China kekurangan tenaga pengajar khususnya pada tingkat pendidikan dasar. Meskipun begitu pendidikan dasar tetap diperluas sampai memiliki murid sebanyak 67 juta pada tahun 1957. Selain itu juga, diadakan kampanye pendidikan secara besar-besaran pada orang-orang dewasa.

Transformasi pendidikan yang paling unik adalah adanya system pin yin, yaitu system yang diciptakan untuk menulis bahasa China dengan huruf latin. Meskipun penggunaan system ini masih terbatas pada transkripsi judul surat kabar. Selain itu, dengan memilikinya keberagaman aksara di China, pemerintah menetapkan aksara di China Utara sebagai bahasa standar China ini ditujukan untuk menyederhanakan ribuan aksara yang terdapat di China.





PENUTUP

Proses berdirinya Republik Rakyat China merupakan salah satu babak sejarah dalam perjalanan negara China. Dari Tahun 1927 komunis China mulai bisa merentangkan sayapnya terhadap China yang saat itu masih berhaluan nasionalis dibawah kuomintang yang dipimpin Sun Yat Sen dan Ciang Kai Shek. Setelah terjadinya Perang Dunia II, wilayah China yang tadinya dikuasai oleh Jepang dijadikan lahan pertarungan politik oleh dua partai besar di China yaitu PKC dan Kuomintang. PKC yang mengambil wilayah di China Utara dan pada umumnya adalah desa-desa, sedangkan Kuomintang wilayah yang umumnya kota-kota besar. Tetapi masalah ada di wilayah Manchuria. Kedua partai tersebut berebut wilayah ini, akibatnya terjadi perang saudara yang berakhir tahun 1949. Yang dimenangkan oleh PKC. Dengan strategi “desa mengepung kota” wilayah seperti Manchuria, Santung, Tiensin, Peking berhasil dikuasai komunisme. Dan Kuomintang pindah ke wilayah taiwan dan mendirikan negara Taiwan yang berhaluan nasionalis. Tanggal 1 Oktober 1949 merupakan hari berdirinya Republik Rakyat China.

RRC merupakan negara yang berhaluan komunisme. Seluruh aspek kehidupan masyarakat berhaluan komunisme. Hanya dari aspek ekonomi yang menganut sistem pasar bebas, itu karena transformasi ekonomi yang dilakukan pasca kegagalan kebijakan-kebijakan ekonomi sebelum tahun 1978. China menjadi sebuah negara yang “pragmatis” yaitu negara yang menjalankan sebuah sistem ekonomi yang bertentangan dengan idiologi negaranya, hanya untuk mencapai kemajuan ekonomi bagi negara China. Dan hal ini berhasil membuat China tumbuh sebgai kekuatan ekonomi baru di Asia bahkan di Dunia.










DAFTAR PUSTAKA

Buku.
- Horst, D. Van Der, Geschiedenis Van China.
- Soebantardjo. Sari Sedjarah Asia Djilid I. Yogyakarta. 1954.
- Sukisman., W.D. Sejarah China Kontemporer Jilid II. Jakarta : Pradnya Paramita. 1993.
- Taniputera, Ivan. History Of China. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. 2008.

Internet.
- http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/09/29/19433433/60.tahun.rrc.apa.kata.generasi.muda.partai.komunis
- http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Rakyat_Cina
- http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/jalan-panjang-mengurus-bangsa/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Cina
- http://gustilebo.blog.friendster.com/2007/07/tugas-politik-china/
- http://devilcool.blog.friendster.com/2007/08/perkembangan-polrrc-tahun-1949-1989/
- http://beeyans.blogspot.com/2009/06/terbentuknya-rrc-program-tahap-awal.html
- http://lemoniac.blogspot.com/2008/09/negara-industri-baru-rrc.html
- http://subpokmandarin.wordpress.com/2008/04/04/politik-rrc/

RRC TAHUN 1949 – 1969 PART I

PENDAHULUAN

China merupakan negara yang memiliki sejarah yang panjang dan sangat mempengaruhi sejarah-sejarah negara-negara lainnya. Sejarah China dimulai dari masa Dinasti sampai runtuhnya sistem kekaisaran Dinasti Manchu tahun 1912. Kemudian China menjadi sebuah negara nasionalis dibawah Sun Yat Sen. Setelah Perang Dunia II, Perang Saudara Cina antara Partai Komunis Cina dan Kuomintang berakhir pada 1949 dengan pihak komunis menguasai Cina Daratan dan Kuomintang menguasai Taiwan dan beberapa pulau-pulau lepas pantai di Fujian. Pada 1 Oktober 1949, Mao Zedong memproklamasikan Republik Rakyat Cina dan mendirikan sebuah negara komunis.

China dibawah kekuasaan komunisme, berkembang menjadi sebuah negara yang sangat ambisius. China menginginkan menjadi negara seperti Jerman dan Inggris. Maka untuk merealisasikan keinginannya itu Mao Zedong membuat beberapa kebijakan, misalnya menjalankan Lompatan Jauh Kedepan dan Revolusi Kebudayaan yang memakan ribuan korban jiwa, biaya ekonomi yang besar, dan rusaknya kebudayaan China. Lompatan Jauh Kedepan merupakan kebijakan yang dilakukan oleh Mao Zedong untuk menandingi ekonomi negara-negara eropa dibidang industri. Setelah kegagalan Lompatan Jauh Kedepan itu Mao Zedong beranggapan itu karena komunisme kurang menyebar di rakyat China, maka untuk lebih menyebarkan komunisme Mao Zedong menjalankan Revolusi Kebudayaan.

Kehidupan bermasyarakat China pada masa RRC pada umumnya dipengaruhi oleh komunisme. Dari aspek politik, RRC menjadi sebuah negara komunisme dengan sistim mono partai yaitu PKC. Dari aspek ekonomi, pada mulanya China menganut sistim ekonomi sosialis, tetapi pasca kegagalan semua kebijakan itu, pada tahun 1978, China berubah menjadi negara pragmatis, dimana ia menggunakan sistem pasar bebas tetapi idiologi negara tetap komunisme.

Pada aspek sosial, budaya, agama dan pendidikan, semua berdasarkan dan diatur oleh pemerintah dan komunisme. Masyarakat China mendapat tekanan dari komunisme khususnya dalam hal agama dan budaya. Pada bidang pendidikan, komunisme melarang katholik dan protestan turut campur dalam hal pendidikan, serta pola pendidikan barat diganti dengan pola pendidikan Uni Soviet. Komunisme menyederhanakan abjad China, dan menetapkan abjat China bagian Selatan sebagai abjad standar bagi tulisan-tulisan China.

1. Proses Terbentuknya Republik Rakyat China Tanggal 1 Oktober 1949

Cina merupakan negara yang diperintah oleh para kaisar selama 2000 tahun dengan sebuah pemerintahan pusat yang kuat dengan pengaruh Kong Hu Cu. Setelah tahun 1911 pula, Cina diperintah secara otokratis oleh KMT dan beberapa panglima perang dan setelah 1949 China menjadi sebuah wilayah yang dikuasai oleh idiologi komunis.

Pasca terjadinya Revolusi Rusia tahun 1917, komunisme tumbuh sebagai idiologi yang cocok dengan kondisi masyarakat petani dan dapat menumbangkan sebuah rezim yang tidak berpihak pada rakyat. Akhirnya pada tahun 1921 Partai Komunis China (PKC) berdiri atas desakan Sneevliet. Pada awal berdirinya antara uomintang dengan PKC berjalan beriringan, bahkan anggota kuomintang juga anggota dari PKC. Setelah Perang Dunia II, wilayah yang tadinya diduduki oleh Jepang menjadi rebutan antara Kuomintang dengan PKC. Dengan PKC berusaha menduduki China utara dan tidak merebut kota-kota besar, sedangkan kuomintang berusaha menduduki kota-kota besar.

Tetapi mengenai wilayah manchuria kedua partai sama-sama bersikeras ingin menduduki wilayah itu. Ketegangan pun semakin meningkat, pada tahun 1947 kontak senjata antara nasionalis dengan komunis terjadi. Pada tahun 1948 dengan strategi “desa mengepung kota” kota Manchuria berhasil diduduki oleh Komunisme dibawah pimpinan Lin Piao. Setelah itu kota seperti Shantung, Tientsin, Peking juga berhasil diduduki. Dengan jatuhnya kota-kota tersebut Chiang Kai Sek dengan partai Kuomintang sadar bahwa dia tidak akan dapat bertahan lagi di China.

Perang Saudara Cina antara Partai Komunis Cina dan Kuomintang yang dimulai dari tahun 1945 sampai pada 1949 mengakibatkan pihak komunis menguasai Cina Daratan dan Kuomintang menguasai Taiwan dan beberapa pulau-pulau lepas pantai di Fujian. Pada 1 Oktober 1949, Mao Zedong memproklamasikan Republik Rakyat Cina dan mendirikan sebuah negara komunis.

Beberapa kebijakan yang mencengangkan diambil oleh Mao pada masa awal berdirinya RRC. Misalnya Lompatan Jauh ke Depan dan Revolusi Kebudayaan. Lompatan Jauh Kedepan ini bertujuan menjadikan China setara dengan negara-negara di Eropa. Tetapi kebijakan ini gagal, maka selanjutnya Mao menjalankan Revolusi Kebudayaan. Revolusi Kebudayaa ini dilihat sebagai balasan terhadap rival-rivalnya dengan memobilisasi para remaja untuk mendukung pemikirannya dan menyingkirkan kepemimpinan yang lunak pada saat itu, namun oleh pendukungnya dipandang sebagai sebuah percobaan demokrasi langsung dan sebuah langkah asli dalam menghilangkan korupsi dan pengaruh buruk lainnya dari masyarakat Cina. Kekacauan pun timbul namun hal ini segera berkurang di bawah kepemimpinan Zhou Enlai di mana para kekuatan moderat kembali memperoleh pengaruhnya. Setelah kematian Mao, Deng Xiaoping berhasil memperoleh kekuasaan dan janda Mao, Jiang Qing beserta rekan-rekannya, Kelompok Empat, yang telah mengambil alih kekuasaan negara, ditangkap dan dibawa ke pengadilan.

RRC merupakan suatu negara komunis meskipun sejumlah ilmuwan politik kini tidak mendefinisikannya sebagai negara komunis karena sistem ekonominya yang kapitalis. Sejak saat itu, pihak pemerintah telah secara bertahap (dan telah banyak) melunakkan kontrol pemerintah terhadap kehidupan sehari-hari rakyatnya, dan telah memulai perpindahan ekonomi Cina menuju sistem berbasiskan pasar. Meskipun ada kelonggaran terhadap kapitalisme, Partai Komunis Cina tetap berkuasa dan telah mempertahankan kebijakan yang mengekang terhadap kumpulan-kumpulan yang dianggap berbahaya, seperti Falun Gong dan gerakan separatis di Tibet.

Para pengkritik reformasi ekonomi - biasanya masyarakat miskin di Cina dan pemerhati Barat berhaluan kiri, menunjukkan bukti bahwa proses reformasi telah menciptakan kesenjangan kekayaan, polusi lingkungan, korupsi yang menjadi-jadi, pengangguran yang meningkat akibat PHK di perusahaan negara yang tidak efisien, serta telah memperkenalkan pengaruh budaya yang kurang diterima. Akibatnya mereka percaya bahwa budaya Cina telah dikorupsi, rakyat miskin semakin miskin dan terpisah, dan stabilitas sosial negara semakin terancam.

Rezim RRC sering dikatakan sebagai otokratis, komunis dan sosialis. Ia juga dilihat sebagai kerajaan komunis. Anggota komunis yang bersayap lebih ke kiri menjulukinya negara kapitalis. Memang, negara Cina semakin lama semakin menuju ke arah sistem ekonomi bebas. Dalam suatu dokumen resmi yang dikeluarkan baru-baru ini, pemerintah menggariskan administrasi negara berdasarkan demokrasi, meskipun keadaan sebenarnya di sana tidak begitu.

KUNCI SUKSES NEGARA ASIA TIMUR

RAHASIA KEMAJUAN EKONOMI DI ASIA TIMUR

Wilayah Asia Timur yang diwakili oleh tiga raksasanya yaitu China, Jepang dan Korea Selatan, merupakan sebuah negara yang menjadi sorotan negara-negara maju di dunia. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi ketiga negara tersebut menunjukan angka yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir ini. China, Jepang dan Korea Selatan tumbuh menjadi raksasa ekonomi dunia dengan angka pertumbuhan ekonomi diatas 7% pertahun. Angka yang sulit dicapai oleh sebuah negara yang pernah hancur akibat perang dan kekacauan kondisi pemerintahan pada dekade 50-an.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Timur merupakan “Mukjijat yang Unik” dan belum ada sebuah ‘kunci’ yang pasti yang dapat menjelaskan faktor apa yang menyebabkan negara di Asia Timur itu dapat menjadi negara berkembang yang paling berhasil. Tetapi jika dilihat lebih jauh, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perekonomian negara Asia Timur. Faktor itu adalah faktor eksogen dan yang kedua adalah pemerintah. Faktor yang pertama itu merupakan faktor-faktor penunjang perekonomian suatu negara seperti ketesediaan sumber daya alam, sumber daya manusia, negara di wilayah Asia Timur dapat memanfaatkan segala apa yang ada di dalam negaranya untuk kemajuan negara. Hal ini tentunya didukung dengan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam hal ekoomi. Pemerintah memiliki visi dan misi perekonomian yang jelas yang bisa di mengerti oleh para pelaku ekonomi di setiap negara di Asia Timur. Sehingga program kebijakan ekonomi yang pemerintah buat tepat sasaran dan dapat diaplikasikan oleh para pelaku ekonomi sebagai sebuah tujuan dalam kegiatan ekonomi.
Tetapi jika dilihat negara lain pun memiliki faktor endogen yang justru lebih menguntungkan dari pada negara di Asia Timur, tetapi faktor penting yang tidak bisa dilepaskan adalah faktor budaya masyarakat di Asia Timur. Masyarakat yang memiliki karakteristik ulet, perilaku masyarakat yang tidak kondumtif, mampu memanfaatkan peluang, dan memegang teguh tradisi merupakan modal emas bagi pertumbuhan negara-negara di Asia Timur. Hal ini menjadi faktor pendorong dan pelengkap bagi faktor yang sudah ada di dalam negara itu sendiri.
Singkat kata, kemajuan ekonomi di negara-negara Asia Timur ini karena adanya sebuah kesesuaian antara faktor-faktor pendukung ekonomi, yaitu sistem ekonomi pasar, faktor eksogen, pemerintah dengan budaya masyarakatnya. Kedua hal tadi dilengkapi dengan budaya masyarakat di Asia Timur yang cenderung ulet, dan berjiwa bisnis.