Kebijakan ekonomi China yang pragmatis ini didasarkan atas evaluasi pengalaman dalam pelaksanaan berbagai eksperimen program pembangunan yang mereka sebut ”mencari kebenaran dari kenyataan konkret”, seperti ”sistem tanggung jawab rumah tangga” yang pada akhir 1970-an telah meninggalkan sistem pertanian kolektif dan mengembalikan usaha tani kepada para petani. Hasilnya, kenaikan pesat dalam produktivitas, hasil produksi, dan pendapatan petani tanpa memerlukan pengeluaran besar dari Pemerintah China.
Kebijakan ekonomi yang pragmatis juga tecermin pada kebijakan ”pintu terbuka” bagi investasi asing. Meski dari tahun ke tahun sistem insentif dan peraturan mengenai investasi asing terus disempurnakan, insentif dan peraturan tentang investasi asing tetap menarik bagi investor asing.
Deng Xiaoping pada 1978 mengatakan, ”Bila China ingin memodernisasi pertanian, industri, dan pertahanan, yang harus dimodernisasi lebih dahulu adalah sains dan teknologi serta menjadikannya kekuatan produktif.” Pada 1985, Deng menegaskan pentingnya pendidikan karakter, dan orientasi hafalan dianggap ”membunuh” karakter anak. Setelah itu, guru dan kaum profesional amat dihargai. Sejak Deng Xiaoping meluncurkan program reformasi ekonomi tahun 1979, ekonomi China mengalami pertumbuhan amat menakjubkan.
2. Perkembangan Dan Transformasi Republik Rakyat China Pada Aspek Sosial Budaya
Secara resmi RRC memandang dirinya sendiri sebagai bangsa multi-etnis dengan 56
etnisitas yang diakui. Mayoritas etnis
Han menyusun hampir 93% populasi; bagaimanapun merupakan mayoritas dalam hanya hampir setengah daerah Cina. Penduduk bangsa Han sendiri heterogen, dan bisa dianggap sebagai kumpulan pelbagai etnik yang mengamalkan budaya dan bercakap bahasa yang sama. Kebanyakan suku
Han bertutur macam-macam
bahasa Cina yang diucapkan, yang bisa dilihat sebagai 1 bahasa atau keluarga bahasa. Subdivisi terbesar bahasa Cina yang diucapkan ialah
bahasa Mandarin, dengan lebih banyak pembicara daripada
bahasa lainnya di
dunia. Versi standar Mandarin yang didasarkan pada
dialek Beijing, dikenal sebagai
Putonghua, diajarkan di sekolah dan digunakan sebagai bahasa resmi di seluruh negara.
Revolusi
Komunis di negara ini sejak tahun
1949 meninggalkan kesan yang besar yaitu hampir 59% penduduknya (lebih kurang 767 juta orang) menjadi
Ateis atau tidak percaya Tuhan. Namun lebih kurang 33% dari mereka percaya kepada kepercayaan tradisi atau gabungan kepercayaan
Buddha dan
Taoisme. Penganut agama terbesar di negara ini ialah
Buddha Mahayana yang berjumlah 100 juta orang. Di samping itu,
Buddha Therawada dan
Buddha Tibet juga diamalkan oleh golongan minoritas etnis di perbatasan barat laut negara ini. Selain itu diperkirakan terdapat 18 juta penduduk
Islam (kebanyakan
Sunni) dan 14 juta
Kristen (4 juta
Katolik dan 10 juta
Protestan) di negara ini.
Negara ini telah lama mengalami masalah
pertumbuhan penduduk. Dalam usaha membatasi
perkembangan populasinya, RRC telah mengambil kebijakan yang membatasi keluarga di perkotaan (
etnis minoritas seperti
Tibet dikecualikan) menjadi
1 anak dan keluarga di pedalaman 2 anak saat yang pertama wanita. Karena lelaki dianggap lebih bernilai ekonomis di daerah pedesaan, muncullah insiden tinggi mengenai
aborsi selektif jenis kelamin dan
penolakan anak di daerah pedesaan buat memastikan bahwa anak kedua ialah lelaki. Dasar ini hanyalah untuk penduduk mayoritas bangsa Han. Terdapat banyak rumah anak yatim untuk anak-anak terlantar ini, akan tetapi hanya 2% saja yang dijadikan anak angkat oleh orang lain. Yang selebihnya pula besar di rumah anak yatim itu. RRC telah mengintitusikan program pengambilan anak angkat internasional, di mana penduduk negara lain datang untuk mengangkat mereka, tetapi program ini menampakkan hasil yang tidak memuaskan. Norma tradisional Cina diperoleh dari versi ortodoks Konfusianisme, yang diajarkan di sekolah-sekolah dan bahkan merupakan bagian dari ujian pelayanan publik kekaisaran pada zaman dulunya. Akan tetapi keadaan tidak selalu begitu karena pada masa dinasti Qing umpamanya kekaisaran Cina terdiri dari banyak pemikiran seperti legalisme, yang di dalam banyak hal tidak serupa dengan Kong Hu Cu, dan hak-hak mengkritik kerajaan yang zalim dan perasaan moral invididu dihalangi oleh pemikir 'orthodoks'. Sekarang, adanya neo-Konfucianisme yang berpendapat bahawa ide demokrasi dan hak asasi manusia sejajar dengan nilai-nilai tradisional Konfuciusme 'Asia'.
Para pemimpin yang memulai langkah-langkah untuk mengubah masyarakat Cina setelah berdirinya RRC pada 1949 dibesarkan dalam lingkungan tua dan telah diajarkan norma hidup sesuai dengan lingkungan hidupnya. Meskipun mereka merupakan revolusioner yang mampu beradaptasi dengan zamannya, mereka tidak ingin mengubah budaya Cina secara besar-besaran. Sebagai pemerintah langsung, para pemimpin RRC mengganti aspek tradisional seperti kepemilikan tanah di desa dan pendidikan tetapi masih menyisakan aspek-aspek lainnya, misalnya struktur keluarga. Kebanyakan pemerhati luar berpendapat bahwa waktu setelah 1949 bukanlah sesuatu yang berbeda di RRC dibandingkan dengannya sebelum itu, malah merupakan penerusan cara hidup yang berpegang pada nilai-nilai lama masyarakat Cina. Pemerintah baru diterima tanpa protes apapun karena pemerintahan baru dianggap "mendapat mandat dari surga" untuk memerintah, mengambil-alih pucuk kepemimpinan dari kekuasaan lama dan mendapat rida para dewa. Seperti pada zaman lampau, pemimpin seperti Mao Zedong telah disanjung. Pergantian dalam masyarakat RRC tidak konsisten seperti yang didakwa.
Sepanjang masa pemerintahan RRC, banyak aspek budaya tradisi Cina dianggap sebagai seni lukis, peribahasa, bahasa, dan sebagainya yang lain telah coba dihapus oleh pemerintah seperti yang terjadi pada Revolusi Kebudayaan karena didakwa kolot, feodal dan berbahaya. Semenjak itu, Cina telah menyadari kesalahannya dan mencoba untuk memulihkannya semula, seperti reformasi Opera Beijing untuk menyuarakan propaganda komunisnya. Dengan berlalunya waktu, banyak aspek tradisi Cina telah diterima kerajaan dan rakyatnya sebagai warisan dan sebagian jati diri Cina. Dasar-dasar resmi pemerintah kini dibuat berlandaskan kemajuan dan penyambung peradaban RRC sebagai sebagian identitas bangsa. Nasionalisme juga diterapkan kepada pemuda untuk memberi legitimasi kepada pemerintahan Partai Komunis Cina.
3. Perkembangan Dan Transformasi Republik Rakyat China Pada Aspek Agama
Agama merupakan faktor penting dalam setiap sendi kehidupan manusia. Fungsi agama dalam masyarakat sampai saat ini belum bisa digantikan oleh faktor lainnya, karena agama merupakan sebuah penunjuk jalan bagi manusia untuk bisa mendaptkan ketenangan di dunia maupun di akhirat kelak.
Begitupun halnya di Cina, agama merupakan sesuatu yang sakral, karena agama menurut masyarakat Cina dielementasikan sebagai penghormatan kepada Dewa dan roh nenek moyang, hal ini terdapat dalam agama Kong Hu chu. Kong Hu Chu merupakan agama yang secara turun temurun tetap dipelihara oleh masyarakat Cina sampai sekarang bahkan ketika Cina sudah berubah menjadi negara RRC yang berideologikan komunis.
Dalam perkembangannya agama asing juga merambah masyarakat Cina, pada Abad ke 13-14 ketika wilayah Cina dikuasai oleh bangsa Mongol, datang aliran agama katolik yaitu Nestorianisme yang dibawa oleh para pedagang Eropa ke wilayah Cina untuk disebarluaskan. Agama-agama Asing pun kian berkembang ketika pada Zaman Dinasti Ming (Chin), Orang-Orang Eropa banyak berdatangan ke negara Cina untuk menjalin perdagangan serta menyebarkan agama Katolik dan Protestan. Penyebarluasan agama tersebut ditempuh lewat cara menyelenggarakan lembaga pendidikan bagi Bangsa Eropa yang tinggal di Cina serta orang-orang pribumi yang tertarik pada agama Protestan ataupun Katolik.
Kondisi kehidupan agama berubah secara drastis ketika Cina sudah dikuasai sepenuhnya oleh Komunis, sejak tahun 1949, agama juga dijadikan subjek untuk mempropagandakan partai, oleh karena itu agama terutama kristen mulai dikekang dan gereja-gereja di Cina tidak boleh berhubungan dengan gereja-gereja di luar RRC. Hal tersebut bertujuan untuk membebaskan gereja Cina dari “imperialisme kebudayaan” dan pengaruh asing.
Contoh konkret dari pengekangan gereja-gereja di Cina adalah peraturan yang mewajibkan gereja untuk tidak menyelenggarakan lembaga pendidikan atau sekolah. Hal ini terkait dengan ideologi komunis itu sendiri bahwa agama adalah candu bagi masyarakat, oleh karena itu gereja dilarang untuk mencampuri urusan pendidikan karena di setiap pelajarannya terkandung misi agama.
Padahal ketika misionaris kristen bergerak di bidang pendidikan, tingkat pendidikan di Cina mengalami perkembangan yang signifikan, namun di masa Revolusi tersebut pendidikan mengalami banyak kesulitan terutama guru atau pengajar baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Tapi PKC sendiri berdalih bahwa sistem pendidikan yang dijalankannya adalah sistem yang menganut pendidikan modern yang menitikl beratkan kepada keterampilan teknik daripada pemikiran ilmiah, dimana kurikulum perguruan tingginya menganut sistem pendidikan Uni Soviet dan penelitian-penelitian ilmiah tetap diselenggarakan oleh Akademi Ilmu Nasional yaitu Akademi Sinica sejak sebelum tahun 1949.
4. Perkembangan Dan Transformasi Republik Rakyat China Pada Aspek Pendidikan
Pada bidang pendidikan pada periode komunis ini mengalami beberapa perubahan. China yang sejak jaman dinasti kental akan pengaruh Konfusianisme lama-lama semakin pudar dah berkurang. Sejak awal abad ke-20 pendidikan modern banyak dikembangkan oleh misionaris katolik dan protestan. Pada awal tahun 1949 pengaruh dua golongan ini terhadap system pendidikan di RRC masih cukup besar, tetapi pada saat China menjadi sebuah negara komunis, maka komunis melarang semua campur tangan misionaris Katholik dan Protestan terhadap pendidikan di China. Pendidikan hanya dijalankan oleh negara saja, tanpa campur tangan pihak atau golongan lain, dengan doktrin-doktrin Komunis lewat PKC yang sangat mempengaruhi isi dari pendidikan China.
Sebelum tahun 1949 sistem pendidikan di China disesuaikan dengan system pendidikan di Amerika Serikat. Tetapi setelah 1949 sistem pendidikan berganti menjadi system pendidikan bergaya Uni Soviet. Semua penelitian ilmiah dipusatkan dalam lembaga khusus di bawah pimpinan umum dari Akademi Ilmu Nasional yaitu Academia Sinica.
Pada aspek pendidikan yang jadi permasalahan utama adalah pada saat tingkat pendidikan diperluas, China kekurangan tenaga pengajar khususnya pada tingkat pendidikan dasar. Meskipun begitu pendidikan dasar tetap diperluas sampai memiliki murid sebanyak 67 juta pada tahun 1957. Selain itu juga, diadakan kampanye pendidikan secara besar-besaran pada orang-orang dewasa.
Transformasi pendidikan yang paling unik adalah adanya system pin yin, yaitu system yang diciptakan untuk menulis bahasa China dengan huruf latin. Meskipun penggunaan system ini masih terbatas pada transkripsi judul surat kabar. Selain itu, dengan memilikinya keberagaman aksara di China, pemerintah menetapkan aksara di China Utara sebagai bahasa standar China ini ditujukan untuk menyederhanakan ribuan aksara yang terdapat di China.
PENUTUP
Proses berdirinya Republik Rakyat China merupakan salah satu babak sejarah dalam perjalanan negara China. Dari Tahun 1927 komunis China mulai bisa merentangkan sayapnya terhadap China yang saat itu masih berhaluan nasionalis dibawah kuomintang yang dipimpin Sun Yat Sen dan Ciang Kai Shek. Setelah terjadinya Perang Dunia II, wilayah China yang tadinya dikuasai oleh Jepang dijadikan lahan pertarungan politik oleh dua partai besar di China yaitu PKC dan Kuomintang. PKC yang mengambil wilayah di China Utara dan pada umumnya adalah desa-desa, sedangkan Kuomintang wilayah yang umumnya kota-kota besar. Tetapi masalah ada di wilayah Manchuria. Kedua partai tersebut berebut wilayah ini, akibatnya terjadi perang saudara yang berakhir tahun 1949. Yang dimenangkan oleh PKC. Dengan strategi “desa mengepung kota” wilayah seperti Manchuria, Santung, Tiensin, Peking berhasil dikuasai komunisme. Dan Kuomintang pindah ke wilayah taiwan dan mendirikan negara Taiwan yang berhaluan nasionalis. Tanggal 1 Oktober 1949 merupakan hari berdirinya Republik Rakyat China.
RRC merupakan negara yang berhaluan komunisme. Seluruh aspek kehidupan masyarakat berhaluan komunisme. Hanya dari aspek ekonomi yang menganut sistem pasar bebas, itu karena transformasi ekonomi yang dilakukan pasca kegagalan kebijakan-kebijakan ekonomi sebelum tahun 1978. China menjadi sebuah negara yang “pragmatis” yaitu negara yang menjalankan sebuah sistem ekonomi yang bertentangan dengan idiologi negaranya, hanya untuk mencapai kemajuan ekonomi bagi negara China. Dan hal ini berhasil membuat China tumbuh sebgai kekuatan ekonomi baru di Asia bahkan di Dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Buku.
- Horst, D. Van Der, Geschiedenis Van China.
- Soebantardjo. Sari Sedjarah Asia Djilid I. Yogyakarta. 1954.
- Sukisman., W.D. Sejarah China Kontemporer Jilid II. Jakarta : Pradnya Paramita. 1993.
- Taniputera, Ivan. History Of China. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. 2008.
Internet.
-
http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/09/29/19433433/60.tahun.rrc.apa.kata.generasi.muda.partai.komunis
-
http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Rakyat_Cina
-
http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/jalan-panjang-mengurus-bangsa/
-
http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Cina
-
http://gustilebo.blog.friendster.com/2007/07/tugas-politik-china/
-
http://devilcool.blog.friendster.com/2007/08/perkembangan-polrrc-tahun-1949-1989/
-
http://beeyans.blogspot.com/2009/06/terbentuknya-rrc-program-tahap-awal.html
-
http://lemoniac.blogspot.com/2008/09/negara-industri-baru-rrc.html
- http://subpokmandarin.wordpress.com/2008/04/04/politik-rrc/