Sabtu, 02 November 2013

MENCETAK PEMIMPIN MASA DEPAN YANG BERJIWAKAN SEJARAH



MENCETAK PEMIMPIN MASA DEPAN YANG BERJIWAKAN SEJARAH

Secara etimologi, sejarah berasal dari bahasa Arab, syajaratun, yang berarti pohon. Kemudian berkembang secara luas yang berarti sebagai peristiwa di masa lalu yang berdampak besar terhadap perubahan sosial, budaya, ekonomi, politik masyarakat. Dari definisi ini saja, kita sudah seharusnya dituntut untuk mendalami ilmu sejarah. Karena sejarah mengajarkan pengalaman dan kebajikan terhadap umat manusia. Kita dapat mengetahui kesalahan-kesalahan manusia di masa lalu atau mengetahui kunci keberhasilan pendahulu kita. Mengetahui kelemahan dan kekurangan di masa silam berguna agar kita tidak lagi mengulanginya di masa sekarang.
Demikian juga dengan mempelajari kesuksesan di balik peristiwa sejarah dapat digunakan sebagai bahan untuk menyusun rencana di masa depan. Dengan kata lain, sejarah amat berguna untuk menjalani hidup di masa kini dan menyusuri kehidupan di masa yang akan datang. Sudah terbukti, mendelegitimasi sejarah berdampak fatal bagi kita. Dalam konstelasi sosial-politik kekinian, banyak contoh kebijakan elite politik yang ditolak masyarakat karena tidak belajar sejarah. Sebagai contoh, studi banding anggota dewan ke luar negeri yang bernilai miliran rupiah namun hasilnya tidak signifikan dirasakan rakyat.
Padahal salah satu the founding father negara Indonesia soekarno pernah menyebutkan suatu istilah yang cukup terkenal. “Jas Merah” jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Itu berarti soekarno sadar dan faham betul untuk membangun suatu bangsa yang besar untuk membangun suatu negara dengan peradaban tinggi perlu adanya sebuah kesadaran agar rakyatnya pemimpinnya tidak meninggalkan sejarah. Sejarah di jadikan sebagai acuan dalam membuat kebijakan, menentukan langkah kedepan.
Agar seorang manusia itu dikatakan sebagai manusia yang sadar sejarah, perlu adanya sebuah rencana sistematis untuk “menyadarkan” akan pentingnya sejarah dalam kehidupan berbangsa bernegara bahkan bermasyarakat. Oleh karena itu, pendidikan sejarah sejak dini perlu di tanamkan dalam-dalam kepada setiap siswa pembelajar. Karena di tangan merekalah bangsa ini akan di tentukan. Maju besarnya sebuah bangsa tergantung dari maju tidaknya pemuda bangsa tersebut.
Kurikulum sejarah dalam sistem pendidikan kita memang masih dianggap sebelah mata dibanding pelajaran lainnya. Peserta didik hanya mengetahui sejarah sebatas peristiwa di masa lalu tanpa perlu mengetahui nilai dan makna di balik kejadian tersebut. Sejarah dianggap tidak memiliki korelasi terhadap apa yang kita kerjakan saat ini maupun bagian dari rencana masa depan. Mengapa belajar sejarah menjadi membosankan? Ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah, terutama sejak orde baru, yang memasukkan unsur politik ke dalam pembelajaran sejarah. Sejarah tidak lagi berdiri sendiri, tapi sudah dipengaruhi kebijakan politik dengan tujuan mengamankan kepentingan penguasa. Sejatinya, penguasa sangat sadar, jika generasi muda belajar sejarah dengan sungguh-sungguh, maka dapat mengganggu jalannya pemerintahan. Oleh karena itulah, berbagai peristiwa sejarah dipolitisir dengan mengaburkan narasi peristiwa sesungguhnya.
Maka dengan adanya hal tersebut wajar bila kita melihat fenomena sekarang para pemimpin bangsa sendiri masih kurang akan sadar nya sejarah. Sejarah masih d anggap sebagai sambil lalu, sejarah hanya di jadikan jargon-jargon kampanaaye, sejarah yang digunakan hanya sebagai kendaraan daman memperoleh tampuk kekuasaan. Setelah berkuasa, maka sejarah itu sendiri mereka lupakan. Itu bisa terlihat dari kebijakan-kebijakan yang mereka lakukan, mereka cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadi dan golongan dibandingkan kepentingan rakyat. Padahal jelas apabila pemimpin kurang merakyat dan tidak belajar sejarah, akibatnya pasti akan ditutunkan oleh rakyat. Apa bila pemimpin tersebut sadar sejarah pasti dia akan melakukan kebijakan yang baik yang dilakukan pemimpin-pemimpinnya yang lalu dan tidak akan mengulangi kesalahan kesalahan yang sama.
Padahal sebenarnya sejarah memiliki tiga fungsi dalam membentuk karakter bangsa. Pertama sejarah membentuk nasionalisme. Jadi dengan belajar bagaimana terbentuknya negara ini maka akan semakin cinta kepada tanah air, karena akan tau bagaimana susahnya membuat negara Indonesia ini tegak berdiri, dan itu hanya bisa di lakukan dengan belajar sejarah. Kedua, sejarah mengejarkan kita mencontoh nilai-nilai kepahlawanan, yang secara otomatis akan membuat karakter yang pantang menyerah dan memiliki semangat juang yang tinggi. Ketiga, belajar sejarah mendidik pribadi agar memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi, dan hal ini merupakan modal utama dari seorang pemimpin dan yang dipimpin agar bisa membuat negara ini maju kedepannya.
Belajar sejarah juga dapat menempa kepemimpinan seseorang, termasuk kepemimpinan nasional. Mengapa Soekarno begitu dikagumi? Karena ia paham benar bagaimana perjalanan sejarah bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan sampai masa kolonial. Soekarno sadar betul dengan belajar sejarah, ia menjadi tahu apa yang menjadi kesulitan, masalah dan keinginan rakyat. Ia menjadi tahu bagaimana memimpin bangsanya agar bisa merdeka dari penjajahan kolonial Belanda dan menjadi pemain utama politik dunia di tengah-tengah digdaya AS dan Uni Soviet. Soekarno tidak mengandalkan politik pencitraan seperti kebanyakan elite politik sekarang ini yang sibuk mencari dukungan untuk tampuk kekuasaan. Soekarno juga tidak perlu memesan lembaga survei untuk mengetahui tingkat popularitasnya di mata rakyat. Oleh karenanya, kepada elite politik nasional dan lokal, jika ingin berhasil dalam kepemimpinannya, belajar sejarah adalah syarat mutlak. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (jasmerah) seperti yang diamanatkan Soekarno.
Maka, sudah sewajarnya lah kita sebagai generasi muda yang akan menjadi penerus dari generasi yang sekarang memimpin, memperbaiki apa yang kelirun yang dilakuan oleh generasi sekarang. Generasi muda yang akan mempimpin Indonesia ini perlu terus mempelihara sejarah, mempelajari sejarah. Karena dengan belajar sejarah kita berarti memelihara sebuah sistem edukasi yang berguna tidak hanya di hari ini tetapi juga di masa yang akan datang. Sejarah merupakan sebuah pelajaran yang berguna untuk merekonstruksikan kembali peristiwa-peristiwa di masa lalu agar bisa memetakan masa depan yang jauh lebih baik.
OLEH ASEP RAHMAT HIDAYAT, S.Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar