Kamis, 25 Februari 2010

TRANSFORMAI AGAMA DI CHINA

PERKEMBANGAN DAN TRANSFORMASI AGAMA DI RRC 1949-1969

Agama merupakan faktor penting dalam setiap sendi kehidupan manusia. Fungsi agama dalam masyarakat sampai saat ini belum bisa digantikan oleh faktor lainnya, karena agama merupakan sebuah penunjuk jalan bagi manusia untuk bisa mendaptkan ketenangan di dunia maupun di akhirat kelak.

Begitupun halnya di Cina, agama merupakan sesuatu yang sakral, karena agama menurut masyarakat Cina dielementasikan sebagai penghormatan kepada Dewa dan roh nenek moyang, hal ini terdapat dalam agama Kong Hu chu. Kong Hu Chu merupakan agama yang secara turun temurun tetap dipelihara oleh masyarakat Cina sampai sekarang bahkan ketika Cina sudah berubah menjadi negara RRC yang berideologikan komunis.

Dalam perkembangannya agama asing juga merambah masyarakat Cina, pada Abad ke 13-14 ketika wilayah Cina dikuasai oleh bangsa Mongol, datang aliran agama katolik yaitu Nestorianisme yang dibawa oleh para pedagang Eropa ke wilayah Cina untuk disebarluaskan. Agama-agama Asing pun kian berkembang ketika pada Zaman Dinasti Ming (Chin), Orang-Orang Eropa banyak berdatangan ke negara Cina untuk menjalin perdagangan serta menyebarkan agama Katolik dan Protestan. Penyebarluasan agama tersebut ditempuh lewat cara menyelenggarakan lembaga pendidikan bagi Bangsa Eropa yang tinggal di Cina serta orang-orang pribumi yang tertarik pada agama Protestan ataupun Katolik.

Kondisi kehidupan agama berubah secara drastis ketika Cina sudah dikuasai sepenuhnya oleh Komunis, sejak tahun 1949, agama juga dijadikan subjek untuk mempropagandakan partai, oleh karena itu agama terutama kristen mulai dikekang dan gereja-gereja di Cina tidak boleh berhubungan dengan gereja-gereja di luar RRC. Hal tersebut bertujuan untuk membebaskan gereja Cina dari “imperialisme kebudayaan” dan pengaruh asing.

Contoh konkret dari pengekangan gereja-gereja di Cina adalah peraturan yang mewajibkan gereja untuk tidak menyelenggarakan lembaga pendidikan atau sekolah. Hal ini terkait dengan ideologi komunis itu sendiri bahwa agama adalah candu bagi masyarakat, oleh karena itu gereja dilarang untuk mencampuri urusan pendidikan karena di setiap pelajarannya terkandung misi agama.

Padahal ketika misionaris kristen bergerak di bidang pendidikan, tingkat pendidikan di Cina mengalami perkembangan yang signifikan, namun di masa Revolusi tersebut pendidikan mengalami banyak kesulitan terutama guru atau pengajar baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Tapi PKC sendiri berdalih bahwa sistem pendidikan yang dijalankannya adalah sistem yang menganut pendidikan modern yang menitikl beratkan kepada keterampilan teknik daripada pemikiran ilmiah, dimana kurikulum perguruan tingginya menganut sistem pendidikan Uni Soviet dan penelitian-penelitian ilmiah tetap diselenggarakan oleh Akademi Ilmu Nasional yaitu Akademi Sinica sejak sebelum tahun 1949.

1 komentar: