3. Pengaruh Agam dan Budaya Cina di Vietnam
Vietnam bagian Utara adalah salah satu daerah jajahan atau fasal Cina. Selama pendudukan Cina di Vietnam Utara banyak pengaruh yang diberikan Cina terhadap Vietnam. Seperti daerah jajahannya Cina lainnya (Korea dan Jepang), Cina juga menanamkan kebudayaan yang mereka miliki kedaerah fasal mereka. Penjajahan Cina itu membuat berhasil menentukan sifat dan historiografi di Vietnam Utara. Karya-karya tradisional seperti Cina masih ada sampai abad ke 19 dan ke 20.
Setelah Vietnam melepaskan diri dari penguasaan Cina, Vietnam masih memegang peradapan Cina yang telah ditanamkan sebelumnya. Agama Theravada yang berhasil menaklukkan sebagian Indocina atau Asia Tenggara Kontinental tidak serta-merta membuat keyakinan bangsa Vietnam beralih agama. Sehingga Vietnam tidak terpengaruh dan tetap menganut agama Budha Mahayana dari alirn di Cina. Sehingga karya-karya yang dihasilkan di vietnam jauh berbeda dengan negara Indocina lainnya yang terpengaruh oleh agama Theravada.
4. Pengaruh Agama Kristen di Fllipana
Ketika mulai berkembangnya pelayaran samudra yang raai dilakukan oleh bangsa Barat, hal itu mendorong orang-orang Spanyol untuk melakukan perjalanan. Pada abad ke-16 spanyol berhasil sampai dan menduduki kawasan Fillipina. Spanyol yang masuk ke Fillipina membawa asas 3G (Gold, Glory dan Gospel). Penyebaran agama katolik di fillipina mebuat masuk pula bentuk historiografi tradisional katolik Roma yang berkembang berkembang sejajar dengan kronil berbahasa Melayu di kepulauan Sulu. Tradisi ini masih berkembang sampai abad ke-19 dan sisanya masih ada hingga sekarang.
B. Ciri-ciri Historiografi Tradisional
Sejarah di Asia Tenggara sering dikatakan tidak memiliki keutuhan tema hingga masuknya peradaban industri modern, yakni selama seratus tahun terakhir. Ada tradisi yang memiliki asal-usul yang sama, namun berkembang menjadi tradisi yang khas di masing-masing wilayah sesuai dengan kebudayaan masing-masing wilayah. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat ciri-ciri asli yang khusus dari masing-asing bangsa. Ciri-ciri yang memiliki kesamaan antara negara di Asia Tenggara antara lain:
1. karya-karya yang dihasilkan baik di bagian geneologi namun terdapat kelemahan dalam hal kronologi dan detil-detil biografis.
2. tulisan pada masa ini lebih ditekankan pada gaya bercerita, bahan-bahan anekdot, dan pengguanaan agama sebagai alat pengajaran sejarah.
3. bila karya-karya tersebut bersifat sekuler maka nampak adanya persamaan da;lam hal perhatian terhadap kingship (konsep mengenai Raja), serta tekanan diletakkan pada kontibuitas dan loyalitas yang ortodoks.
4. Pertimbangan-pertimbangan astorlogis dan kosmologis cenderung untuk menyampaikan menegenai sebab-akibat dan ide kemajuan (progress).
Walaupun terletak disatu kawasan yang sama, namun terdapat ula perbedaan-perbedaan dalam historiografi di Asia tenggara. Adapun perbedaan itu antara lain adalah sebagai berikut:
1. persaingan nasional memperngaruhi karya mengenai bangsa-bangsa yang bertetangga, misalnya karya-karya orang Burma dan Muangthai.
2. perbedaaan bahasa di Asia tenggara sebelum terbentuknya bahasa Pali banyak karya-karya yang tidak dapat dibaca oleh orang dari luar bangsa tersebut.
3. kebijakan-kebijakanRaja mengenai penulisan sejarah yang beragam. Misalnya, karya-karya islam dan Melayu diedarkan dikalangan umum, sedangkan karya-krya yang dihasilkan orang-orang Muangthai dan Burma serta Vietnam hanya digunakan untuk kepentingan pihak resmi.
4. agama telah memilsahkan agama para sejarawan Indo-islam dari konteks sosio-ekonomi agama Hindu. Agama juga memisahkan orang-orang Muangthai dari Historiografi Asia Timur di Vietnam. Agama juga memisahkan antara Melayu-jawa dari orang-orang Muangthai, Burma disatu pihak dan orang Fillipina di pihak lain.
C. Historiografi Asia Tenggara Modern
Historiografi Modern tumbuh dan telah berkembang di Eropa jauh sebelum di perkembangan historiografi di Asia Tenggara. Historiografi modern baru berkembang di Asia Tenggara pada pertenaghan abad ke-19, setelah ilmu pengetahuan dan kebudayaan barat mulai masuk di kawasan Asia Tenggara. Karena pendudukan orang eropa yang tidak menyeluruh sehngga tidak memungkinkan penyebaran ilmu pengetahuan secara menyeluruh, sehingga tidak memungkinkan untuk mengembangkan historiografi modern. Pada abad ke-16 sampai ke-19 kebnyakkan hasil tulisan sejarah banyak ditulis oleh orang-orang Eropa. Penulisan sejarah yang dilakukan oleh orang-orang Eropa belum dapat mempengaruhi bentuk historiografi di Asia Tenggara. Berikut adalah beberapa contoh historiografi modern di Asia tenggara:
1. Indonesia dan Malaysia
Pembentukkan Btavia Genootscap voor kunsten en Wetenshappen (Perhimpunan Batavia untuk seni dan Ilmu Pengetahuan) tahun 1778, buku karya William Marsden Hiatory of Sumatra (1783), serta buku karya Raffles History of Java (1817), sedikit sekali merangsang penulisan sejarah di Indonesia. Pada akhir abad ke -19 dengan dihidupkannya kembali Perhimpunan Batavia untuk seni dan Ilmu Pengetahuan, serta dibentuknya Cabang Straits dari masyarakat kerajaan Asia pada tahun 1878, mulailah dilakukan kegiatan ilmiah mulai berkembang di Indoneisa dan Malaysia. Walaupun demikian penulisan babad masih tetap ada.
2. Burma dan muangthai
Tidak hanya di Indonesia, orang-orang Eropa di Burma dan Muangthai juga menulis karya sejarah. Misalnya, Arthur Phrye (History of Burma, 1883), WAR Wood (A History of Siam, 1902) serta beberapa majalah Ilmiah seperti Juenal masyarakat Burma dan Jurnal masyarakat Muangthai. Para penulis dari Eropa it sangat bergantung pada penelitian setempat.
3. Vietnam
Sejarawan tradisional Vietnam banyak membantu sarjana-sarjana Perancis yang tergabung dalam Ecole Francais d’Etreme Orient (Sekolah perancis Mengenai timur Jauh), yang didirikan tahun 1900 dan bertujuan untuk engembangkan ilmu sosiologi yang sudah muali berkembang di Perancis pada saat itu. Karya-karya yang dibuat sarjana-sarjana Pernacis tersebut diterbitkan dalam sbuah buletin. Selain itu arsip-arsip kerajaan Hue masih menyimpan dokumen-dokumen secara tradisional samapai beberapa tahun sebelum pendudukan Perancis. Sehingga semakin mempermudah penelitian yang dilakukan oleh sarjana-sarjana asal Perancia.
4. Fillipina
Pada masa pendudukan Amerika, banyak sarjana Amerika yang mempelajari sejarah Filipina dari dokumen-dokumen kolonial dan dokumen-dokemen missi Spanyol. Salah satu karya yang penting adalah, karya E. H Blair dan J A Robertson (The Phillipine Island, 1493-1889) yang terdiri dari 55 jilid dan diterbitkan tahun 1903-1909.
Pada abad ke-19 dan sebagian abad ke-20 terdapat tiga bidang historiografi Indonesia yang berbeda-beda. Antara lain;
1. Sejarah Kuno adalah sejarah yang tidak atau kurang dikenal oleh masyarakat asli, biasanya ditulis oleh para fiolog, epigraf dan para Arkeolog. Salah satu contohnya adalah karya N.J Krom engenai sejarah kuno Indonesia.
2. Sejarah Koonial biasanya mencakup masalah perdagangan, perang, perjanjian-perjanjian, dan administrasi orang-orang eropa.
3. Sejarah Tengah atau periode tengah, sejarah yang berkisaran antara empat sampai sepuluh abad sebelum abad ke-19, yang merupakan penulisan sejarah penuduk asli, metode-metode modern dapat mulai digunakan, menentukan tanggal secara tepat dan malah mengintepretasikan kembali dari periode-periode ini.
Di Muangthain dan fillipina perkembangan historiografi agak sedikit berbeda. Di Muangthai d Universitas Chulalongkorn pada tahun 1917 mengajarkan mengenai sejarah kuno dan sejarah modern. Sedangkan di Fillipina pada tahun 1611 universitas seperti Santo Thomas tidak mengajarkan sejarah sekuler, tetapi sejak akhir abad ke-19 mulai banyak memperkenalkan metode-metode sejarah yang modern. Tahun 1908 orang-orang Amerika mendirikanuniversitas di Filipina dna mengajarkan sejarah modern.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II dan bangsa-bangsa di Asia Tenggara merdeka, mereka mulai mengambil langkah-langkah baru dalam historiografi, antara laiin:
1. Diterbitkannya buku DGE Hall mengenai sejarah Asia tenggata tahun 1955 semakin menyadarkan bangsa-bangsa di Asia Tenggara perkembangan sejarah dari kuno hingga modern merupakan unit sejarah yang lengkap.
2. Hasil penelitian J.C. Van Leur merangsang timbulnya sejumlah karangan mengenai historiografi Indonesa yang dicetuskan dalam seminar nasional I tahun 1957.
3. Usaha membentuk pertemuan Internasional Association of Historians of Asia, yang melakukan kongres tiga atau empat tahun sekali.
D. Ciri-ciri Historiografi Modern Asia Tenggara
Di kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia, Burma, Malaysia dan filipina, historiografi modern sedang dikonfrontasikan dengan nasionalisme. Seperti terlihat dalam bentuk penulisan sejarah pasca proklamasi, kebanyakkan tulisan dibuat guna membangkitkan semangat nasional untuk melawan penjajahan Belanda. Untuk menunjukkan bahwa bangsa Belanda itu sebagia bangsa yang jahat dan selalu merugikan bangsa Indonesia. Sehingga penulisan sejarah pada masa ini banyak terdapat mengenai tokoh-tokoh besar, seperti Pangeran Diponegoro, dan lain sebagainya.
Pada sejarah modern di Asia Tenggara masih mengutamakan sejarah Nasional dibandingkan dengan sejarah ilmiah. Namun dalam perkembangannya sekarang ini para sejarawan sudah mulai banyak menggun akan metode-metode dalam penulisan sejarah.
BAB III
KESIMPULAN
Historiografi di Asia Tenggara pada mulanya banyak dipengaruhi oleh agama. Agama membawa bentuk penulisan sejarah yang berbeda. Hal ini menunukkan bahwa historiografi selalu bergerak dan disesuaikan dengan kebudayaan yang ebrlangsung disuatu bangsa. Untuk menumbuhkan bentuk sejarah modern di negara-negara Asia Tenggara cukuplah sulit. Beberapa faktornya adalah kurang meratanya penyebaran ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh orang-orang Eropa.
Namun semakinaju pola fikir dan kebudayaan masyarakat di Asia Tenggara membuat historiografi juga mengalami perkembangan yang pesat. Setelah Perang Dunia II dan setelah bangsa-bangsa di Asia Tenggara merdeka, mulai menyadari bahwa penulisan sejarah modern itu penting. Di Indonesia historiografi modern dibahas dalam seminar nasional pertama di Yogyakarta pada tahun 1957
DAFTAR PUSTAKA
Anggar Kaswani. 1998. Metodologi Sejarah dan Historiografi. Yogyakarta: Beta offset.
Danar Widiyanto. 2002. Perkembangan Historiografi: Tinjauan Di Berbagai Wilayah Dunia. Yogyakarta: UNY
D. G. E. Hall. 1968. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional.
Sartono Kartodirjo. 1982. Pemikiran dan perkembangan historiografi Indonesia. Jakarta: Gramedia.
. 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi:Arah dan Perspekti: Gramediaf Taufik Abdullah & Abdurrachman Suryomiharjo. Jakarta
Toynbee. Arnold. 2006. Sejarah Umat Manusia: Uraian Analitis, Kronologis, Naratf dan Komparatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar