Rabu, 15 Juli 2009

BERFIKIR HISTORIS (RESENSI)

RESENSI BUKU

(ASEP RAHMAT HIDAYAT, MAHASISWA SEJARAH UNJ)

JUDUL BUKU : BERPIKIR HISTORIS

KARANGAN : SAM WINEBURG

PENERBIT : YAYASAN OBOR INDONESIA

KOTA TERBIT : 2006

TAHUN TERBIT : JAKARTA

Sejarah sering dilhat sebagai ilmu hafalan. Ilmu yang hanya menghafal nama, tanggal sebuah peristiwa. Bahkan sejarah sering dianggap sebuah persoalan di masa lalu yang tidak penting untuk di kaji. Maka dengan paradigma seperti itu, tentunya mempengaruhi segala kebijakan dalam pendidikan sejarah, ataupun dalam proses mengajar sejarah. Bahkan siswa sendiri menganggap pelajaran sejarah merupakan hal yang tidak penting dan membosankan.

Sejarah merupakan ilmu yang kaya akan pengetahuan. Sejarah bukanlah terbatas pada pengetahuan di masa lalu, yang bisa di genggam dengan mudah di tangan kita atau tersusun rapih di almari perpustakaan. Tetapi pengetahuan dalam sejarah itu tersimpan dalam sebuah tembok yang hanya bisa ditembus oleh interpretasi yang tajam terhadap teks-teks sejarah. Kita semua adalah seorang sejarawan. Maka kita semua diharuskan untuk berpikir sejarah dalam melihat teks-teks sejarah untuk menggali sebuah kebenaran dari sebuah rentetan peristiwa sejarah yag terkadang masih bersifat kabur.

Sejarah bukanlah penerima manfaat dari hasil penelitian tentang mata pelajaran lain, tetapi sejarah merupakan tempat pertama berkembang dan tumbuh. Berpikir sejarah merupakan hal yang memiliki implikasi sangat kompleks dan luas. Maka untuk bisa memahami sejarah, diperlukan daya interpretasi yang lebih dari sekedar mencari informasi sejarah. Maka itulah tantangan bagi seorang murid dalam mengkonsumsi sejarah. Jika seorang guru dapat membuat peserta didik melakukannya, maka tidak hanya dapat memperbaiki sejarah tetapi justru dapat membuat teori-teori sendiri tentang bagaimana memahami bacaan dan interpretasi teks tertulis.

Tantangan juga ada dalam seorang guru. Dimana guru yang belajar di sekolah keguruan, tidak hanya belajar bagaimana cara mengajar, tetapi juga belajar cara mengetahui. Dalam pandangan umum banyak beredar bahwa, seorang guru sejarah itu harus berpikir sebagai seorang sejarawan, dan guru juga harus mendidik muridnya agar menjadi seorang sejarawan. Tetapi hal itu keliru, guru merupakan pendidik yang mendidik peserta didik agar menjadi seorang yang mengerti sejarah, bukan untuk menjadi seorang sejarawan, mengenai nantinya peserta didik itu menjadi sejarawan itu urusan lain yang ditentukan oleh individu peserta didik sendiri.

Guru-guru ilmu sosial haruslah tahu banyak hal, tetapi tidak mungkin kita terlalu mengharapkan bahwa seorang guru sejarah ataupun ilmu lainnya mengajarkan ilmunya dengan benar dan efektif. Belajar tidak sekedar pertemuan dengan informasi-informasi baru. Tetapi belajar adalah bagaimana kita mengolah informasi baru itu menjadi sebuah pengetahuan yang layak untuk di konsumsi, dan itu bisa dilakukan dengan kita berpikir sejarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar